OREGON (Panjimas.com) – Dua pria tewas ditikam saat membela dua wanita Muslim. Peristiwa ini terjadi di dalam kereta MAX di Stasiun Transit Hollywood, Portland, Oregon, Amerika Serikat, Jumat sore waktu setempat (26/5).
Menurut HuffPost, seorang saksi mengatakan bahwa satu dari dua wanita yang diganggu Jeremy mengenakan jilbab. Jeremy sendiri, menurut catatan polisi setempat dikenal sebagai aktivis kelompok supremasi kulit putih.
“Dia bilang: turun dari bus dan pergi dari negara ini karena kau tidak membayar pajak di sini,” ujar Evelin Hernandez, yang berada di tempat kejadian perkara. Pernyataan Evelin disampaikan kepada KATU-TV.
Jurubicara kepolisian di Portlanda, Pete Simpson, mengatakan, tiga orang pria mendekati keributan dan berusaha menenangkan Jeremy. Tetapi, bukannya tenang, Jeremy malam menyerang mereka.
Salah seorang yang ditikam oleh Jeremy tewas di dalam kereta. Sementara seorang lainnya tewas di rumah sakit. Adapun pria ketiga yang diserang Jeremy tidak mengalami luka serius.
Polisi belum mengumumkan identitas korban penikaman ini.
Tetapi seorang wanita pemilik akun Facebook, Asha Deliverance, mengatakan bahwa salah seorang korban yang tewas adalah putranya, Taliesin Myrddin Namkai-Meche.
“Taliesin Myrddin Namkai Meche, anak laki-laki kesayanganku meninggal dunia kemarin saat melindungi dua wanita Muslim dari seorang laki-laki rasis di dalam kereta di Portland,” tulis Asha Deliverance.
“Dia adalah seorang pahlawan dan akan tetap dikenang sebagai pahlawan. Bintang yang bersinar terang, aku menyayangimu selamanya,” tulis Asha Deliverance sambil mengunggah foto Taliesin yang sedang mengenakan toga wisuda.
Sementara pengajar di Program Studi Agama dan Lintas Budaya Sekolah Pasca Sarjana Universitas Gadhaj Mada (UGM) di Jogjakarta, DR. Kelli Swazey, kepada kepada Kantor Berita Politik RMOL mengatakan bahwa Taliesin adalah salah seorang muridnya dalam sebuah program di Indonesia.
“(Dia) akan dikenang oleh komunitas tempat dia pernah tinggal di Bali, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Maluku,” tulis alumni Universitas Hawaii di Manoa itu.
HuffPost juga melaporkan bahwa ibu dari Jeremy, Mary Christian, belum bisa memastikan apakah anaknya terlibat dalam kejadian itu.
“Ini menakutkan. Saya tidak dapat membayangkan dia (Jeremy) melakukan hal seperti itu, kecuali dia berada di bawah pengaruh narkoba atau sejenisnya. Dia lahir di penjara, dia selalu menumpahkan hal-hal yang bersifat anti-kemapanan, tetapi dia sebenarnya orang yang baik. Saya tidak dapat membayangkan,” ujar Mary.
Disebutkan bahwa polisi segera menahan Jeremy setelah dia turun dari kereta. Polisi juga mengatakan, tidak sempat mewawancarai kedua wanita yang diganggu Jeremy karena mereka telah meninggalkan lokasi. [AW/RMOL]