SANA’A, (Panjimas.com) – Sedikitnya 32 militan yang berafiliasi dengan milisi Syiah Houthi dan sekutu-sekutunya, bersama dengan 6 militan pro-pemerintah Yaman dilaporkan tewas dalam bentrokan Kamis (25/05) di Provinsi Taiz, Barat Daya Yaman, menurut seorang pejabat militer setempat.
“Bentrokan di Taiz Timur mengakibatkan lebih dari 27 Houthi dan sekutu mereka tewas dan sejumlah lainnya luka-luka,” kata juru bicara militer Mansour al-Hassani kepada AA.
“5 tentara Yaman juga terbunuh, sementara 20 lainnya luka-luka,” imbuhnya.
Kendati demikian, al-Hassani menegaskan, Houthi – bersamaan dengan kekuatan pasukan sekutu yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh – terus menargetkan posisi tentara Yaman pro-Hadi di Taiz dengan tembakan artileri.
Sementara itu, ia menambahkan, di Taiz barat, militan Houthi telah meluncurkan serangan-serangan artileri dashyat pada beberapa posisi tentara.
“Bentrokan di Taiz Barat menewaskan 5 angggota Houthi, bersama dengan seorang personil tentara nasional,” pungkasnya.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi internasional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil.
Sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit.[IZ]