JAKARTA (Panjimas.com) – Akhir-akhir ini masyarakat resah dengan munculnya geng motor. Berbagai kejahatan dilakukan geng motor seperti perampokan, penjarahan minimarket, pencurian dengan kekerasan sampai menelan korban nyawa.
Kapolres Metro Jakarta Timur, Kombes Andry Wibowo menyebutkan, pendekatan keamanan tidak selalu menjadi solusi tunggal. Namun, penyelesaian masalah geng motor ini harus diwujudkan melalui pendekatan budaya dan saran publik. Dalam hal ini, Andry menyoroti peran orang tua.
“Orang tua harus melalui pendekatan, berperan aktif mengendalikan dan membina anaknya,” ujar dia di Kampung Melayu Jatinegara Jakarta Timur, Kamis (25/5), malam.
Orang tua juga harus selalu memantau aktivitas anak. Aktivitas seperti kegiatan nongkrong sedari malam hingga pagi tanpa ada yang mencari dari pihak keluarga harus dihindari.
Lingkungan sekitar juga harus berperan aktif. Dalam hal ini, peran Ketua Rukun Tetangga (RT) memiliki pengaruh yang signifikan. “RT kan dipilih oleh masyarakat kemudian juga bertanggung jawab untuk menjaga tata tertib di lingkungannya itu, penting di situ ada yang namanya siskamling harus di jalankan,” kata dia.
Andry berpendapat, jika sistem ini berjalan, kenakalan remaja bisa diturunkan. Selain itu, efektifitas dari keberadaan polisi menangani permasalahan geng motor dan kenakalan lainnya dapat semakin terlihat.
Untuk diketahui, Polres Metro Jakarta Timur beberapa waktu lalu berhasil menangkap sejumlah anggota geng motor yang meresahkan. Sebanyak 10 orang ditangkap karena aksi penyerangan di Jatiwaringin Jakarta Timur. Penyerangan itu mengakibatkan adanya satu korban jiwa.
Penyebab Geng Motor
Mengapa para geng motor tetap tidak jera melakukan kejahatan? Menurut Sosiolog Musni Umar ada lima penyebab tidak jeranya geng motor melakukan kejahatan.
Pertama, hilangnya peran keluarga. Menurut Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta itu, kemungkinan keluarga sudah gagal membina mereka akibat kemiskinan yang mendera atau karena pendidikan tidak memadai. “Kedua, pendidikan agama tidak ditanamkan sejak kecil sehingga mereka tidak memiliki pegangan hidup,” katanya seperti dilansir Republika.co.id, Kamis (25/5).
Ketiga, adanya frustrasi sosial karena keluarga miskin tidak bisa menyekolahkan mereka sehingga untuk eksis mereka bergabung ke komunitas geng motor. Keempat, kurang pembinaan. Kebanyakan mereka setelah terkena razia tidak ada pembinaan yang berkelanjutan. “Dan kelima, tidak ada solusi permanen untuk membawa mereka bisa hidup lebih baik,” ujarnya.
Keterlibatan masyarakat melibatkan laskar Front Pembela Islam (FPI) untuk mengamankan puluhan anggota geng motor. Sebanyak 48 orang anggota geng motor berhasil ditangkap dan diamankan di Polsek Pondok Gede. Dari ke 48 orang tersebut 40 diantaranya warga Tambun Selatan dan 8 orang warga Pondok Gede. Selain itu, diamankan pula 15 buah senjata tajam. (desastian)