MANCHESTER, (Panjimas.com) – Kepolisian Inggris pada hari Selasa (23/05) berhasil mengidentifikasi pelaku serangan bom yang menewaskan 22 jiwa, termasuk anak-anak, dalam sebuah serangan di sebuah konser yang ramah dan penuh sesak di Manchester Arena.
Kepolisian Inggris mengatakan bahwa pihaknya berusaha untuk menetapkan apakah pelaku bertindak secara sendiri atau dengan bantuan dari orang lain.
Pria yang dicurigai melakukan pemboman paling mematikan di Inggris dalam waktu hampir 12 tahun itu, bernama Salman Abedi, berusia 22 tahun, namun pihak berwenang menolak memberikan rincian lebih lanjut tentang dirinya, seperti dilansir Reuters.
Sumber keamanan AS, mengatakan bahwa dia [Salman Abedi] lahir di Manchester pada tahun 1994 dari orang tua asal Libya.
Dia diyakini telah melakukan perjalanan dengan kereta api dari London sebelum serangan tersebut, demikian sumber keamanan AS, mengutip bocoran informasi dari pejabat intelijen Inggris.
“Prioritas kami, bersama dengan jaringan kontra-terorisme polisi dan mitra keamanan kami, adalah untuk terus menetapkan apakah dia bertindak sendiri atau bekerja sebagai bagian dari jaringan yang lebih luas,” kata Kepala Polisi Manchester, Ian Hopkins.
Penyerang tersebut meledakkan bom rakitannya saat kerumunan penonton konser Ariana Grande keluar dari Manchester Arena setelah konser usai.
“Semua tindakan terorisme sangat pengecut,” kata Perdana Menteri Theresa May di halaman kantornya di Downing Street setelah bertemu dengan Kepala Keamanan dan Intelijen.
“Tapi serangan ini sangat menonjol karena tindakan pengecut yang mengerikan, yang dengan sengaja menargetkan anak-anak dan muda-mudi yang tidak berdosa dan tak berdaya yang seharusnya menikmati salah satu malam yang paling berkesan dalam kehidupan mereka”, pungkasnya.
Inggris telah meningkatkan tingkat ancaman keamanannya menjadi dalam kondisi “kritis” dari sebelumnya pada tingkat “parah” menyusul serangan tersebut.
May mengatakan dalam sebuah pernyataan di televisi kemudian, menambahkan bahwa pasukan Angkatan Bersenjata akan meningkatkan keamanan di lokasi-lokasi utama dan personil militer juga akan dikerahkan di acara-acara publik seperti konser dan olahraga.
Islamic State (IS) mengklaim bertanggung jawab atas apa yang mereka sebut sebagai serangan balas dendam terhadap “Tentara Salib”, namun tampaknya terdapat kontradiksi dalam laporan tentang operasi di Manchester tersebut. [IZ]