MA’ARIB (Panjimas.com) — Sedikitnya 11 anggota milisi Syiah Houthi, termasuk seorang pemimpin seniornya, dilaporkan tewas saat baku tembak dengan pasukan pro-pemerintah di Yaman selatan, menurut situs resmi tentara Yaman pada hari Jumat (19/05)).
“Tentara menghalau serangan besar oleh Houthi dan sekutunya di daerah Maris di Provinsi Dhale,” catat situs resmi tentara Yaman mengutip sumber yang tidak disebutkan namanya.
“Hal ini menyebabkan pertempuran antara kedua belah pihak yang berlangsung mulai Kamis malam hingga Jumat pagi,” pungkas sumber yang sama menambahkan.
Sebelas militan Houthi tewas dalam bentrokan tersebut, termasuk pemimpin senior Houthi, Muwafaq al-Sayyid, tandasnya, tanpa menyebutkan kerugian yang diderita tentara Yaman, dikutip dari AA.Houthi, pada bagiannya, belum memberikan komentar atas pernyataan tentara Yaman tersebut.
Pada hari Senin (15/05), pemberontak Syiah Houthi dan pasukan sekutu yang setia kepada mantan Presiden Ali Abdullah Saleh merebut Distrik Al-Rabatayn di Provinsi Dhale setelah pejuang pro-pemerintah mundur dari daerah tersebut.
Yaman telah dilanda kekacauan sejak akhir tahun 2014, ketika pemberontak Houthi dan sekutu-sekutu mereka menyerbu
ibukota Yaman, Sanaa dan bagian-bagian lain di negara itu, sehingga memaksa anggota pemerintahan Yaman untuk sementara waktu mengungsi ke Riyadh.
Sejak Maret 2015, koalisi interansional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh. Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Seorang juru bicara PBB mengatakan jumlah korban warga sipil telah mencapai angka diatas 10.000 jiwa, sementara lebih dari 11 persen dari total populasi negara itu terpaksa mengungsi akibat pertempuran tersebut.[IZ]