PALU (Panjimas.com) – Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) XIX di Kota Palu, Sulawesi Tengah, berlangsung ricuh dan anarkis saat pembahasan tata tertib, Rabu (17/5/2017).
Aksi Kericuhan ini direkam oleh salah seorang peserta Kongres PMII yang beredar di media sosial. Video adu jotos peserta Kongres PMII yang berdurasi 1 menit 19 detik itu tampak peserta Kongres PMII berkejar-kejaran.
Tampak juga ada peserta kongres yang memukul dan menendang peserta lainnya. Suasana tegang dan memanas. Kekacauan tak terhindarkan.
Sebagian peserta Kongres PMII lainnya mencoba menenangkan suasana, dengan melantunkan salawat Badar.
Tampak juga, beberapa aparat berada di ruangan Kongres PMII berusaha menenangkan kegaduhan peserta Kongres PMII.
Suasana pun berangsur kondusif dengan sama sama melantunkan Salawat Badar.
Belum diketahui secara pasti apa yang menjadi permasalah sehingga Kongres PMII kacau dengan saling pukul di antara peserta.
Ketua Umum PB PMII Sempat Menyinggung Masyarakat Sulteng
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminuddin Maruf sempat membuat resah masyarakat, lantaranya pernyataannya yang menyebut Sulteng sebagai pusat Islam Radikal saat pembukaan Kongres XIX PMII di Palu, Selasa (16/5).
“Pak Presiden, kami sengaja laksanakan kongres di Tanah Tadulaku bertema ‘Meneguhkan Konsensus Bernegara untuk Indonesia Berkeadaban’. Tanah ini pusat (kegiatan) radikal Islam. Di tanah ini pusat dari gerakan menentang NKRI,” kata Ma’ruf, Selasa (16/5).
Tak tinggal diam, Gubernur Sulteng, Longki Djanggola, memprotes pernyataan Ketua Umum PB PMII tersebut.
“Saya sangat menyesalkan ucapan itu karena jelas-jelas tidak didasari atas fakta-fakta yang benar apalagi diucapkan di depan pertemuan yang dihadiri Presiden Joko Widodo,” ujarnya.
Aminuddin Maruf pada Rabu petang menemui Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola di rumah dinasnya dan meminta maaf atas ucapannya.
Namun, Front Pemuda Kaili (FPK) Sulawesi Tengah menolak permohonan maaf Ketua Umum Pengurus Besar Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Aminuddin Maruf bila disampaikan secara tertutup.
“Tidak boleh memohon maaf secara tertutup atau di tempat privat. Tetapi harus di tempat terbuka, di tempat umum,” ungkap Erwin Lamporo.
Karena, menurut dia, pernyataan Ketum PB PMII yang disampaikan pada pembukaan kongres XIX PMII tersebut di Masjid Agung Palu, tidak hanya melukai Kepala Daerah Sulteng.
Melainkan, tegas dia, pernyataan Ketum PB PMII dengan menyebut “Di Tanah Tadulako ini, katanya, adalah Pusat dari gerakan radikalisme Islam. Di tanah ini, katanya, adalah pusat dari gerakan menentang Negara Kesatuan Republik Indonesia,” menyinggung masyarakat Kota Palu dan Sulawesi Tengah. [AW/dbs]