YANGON (Panjimas.com) -\– Khawatir akan terjadinya kekerasan lebih lanjut, dua sekolah Islam di Tharkayta, Yangon Myanmar, terpaksa ditutup. Penutupan dua sekolah Islam ini dilakukan, setelah sekelompok gerilyawan anti-Muslim mengklaim bahwa mereka akan beroperasi menyerang Masjid, kata seorang sumber polisi Sabtu (29/04), akhir April lalu.
Lebih dari 100 ektrimis buddha yang dipimpin oleh biksu ultra-nasionalis berkumpul pada hari Jumat malam (28/04) di Yangon’s Tharkayta Township, kelompok ektrimis itu memaksa pihak berwenang untuk menutup 2 Madrasah Muslim di daerah tersebut sesegera mungkin.
“Dua sekolah ditutup untuk sementara waktu” Jumat malam, kata seorang perwira senior di Kepolisian Yangon, yang berbicara secara anonim, dikutip dari Anadolu.
Polisi senior tersebut mengatakan bahwa keputusan tersebut dibuat setelah diadakan perundingan antara pemerintah daerah dan pemimpin Muslim setempat.
“Kami melakukannya tanpa ada keputusan pengadilan karena kami ingin mencegah konflik yang tidak perlu lebih lanjut,” pungkanya melalui sambungan telepon, Ia menambahkan bahwa polisi di tempat kejadian akhirnya membubarkan massa dengan damai.
Kawasan itu adalah tempat bagi sebuah Masjid dan 3 Madrasah Muslim yang telah beroperasi dengan izin resmi selama beberapa dekade, kata Tin Shwe, salah satu pemimpin madrasah yang ditutup.
“Saya bisa memahami [keputusan dari] otoritas mengenai situasi tadi malam,” katanya kepada Anadolu melalui telepon.
Massa diyakini telah siap untuk menghancurkan atau membakar sekolah kecuali pihak berwenang mengabulkan tuntutan mereka. Kami merasa hal ini sangat buruk karena mereka menghina agama kami,”tandasnya, Sabtu (29/04).
Gerakan anti-Muslim telah meningkat di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha, sejak pecahnya kekerasan komunal di negara bagian Rakhine bagian barat pada tahun 2012.[IZ]