SOLO (Panjimas.com) – Warga Busukan, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah menolak peresmian Gereja Kristen Indonesia (GKI) Nusukan Pos Mojosongo, di kampung mereka. Pasalnya sudah ada dua Gereja berdiri di kampung itu, di mana mereka mengaku tidak dimintai izin resmi dalam pendiriannya.
Puluhan warga Busukan kemudian melakukan aksi damai di jalan masuk 30 meter dari gereja tersebut dengan membawa spanduk penolakan “Tolak GKI”, “2 Gereja sudah ada, Cukup”. Selain itu, anak-anak Busukan juga ikut hadir bersama orang tua mereka menolak Gereja tersebut.
Polisi yang datang begitu banyak, melalui Wakapolres Solo, AKBP Andi Rifai mencoba memediasi warga Busukan untuk tidak menghadang jalan. Pihaknya meminta warga melakukan upaya hukum jika merasa diperlakukan tidak adil oleh gereja tersebut.
“Kalau bapak-bapak warga Busukan mengaku Gereja menyalahi aturan silahkan melakukan upaya hukum. Kita siap fasilitasi, bukan seperti ini, mengganggu ketertiban ini,” ujar Andi.
Di saat perwakilan warga mediasi dengan polisi, datang tiga orang dari pihak GKI Nusukan. Dua laki-laki dan satu perempuan hadir di belakang Andi. Mereka kemudian meminta polisi mengorek keterangan pihak gereja bahwa peresmian tersebut telah menyalahi perizinan.
Pendeta GKI Nusukan, SP Waskito Wibowo enggan berkomentar dan tak peduli dengan penolakan warga. Dari pantauan Panjimas.com, mereka terlihat berbisik dengan Wakapolres Solo. Penampakan pendeta tersebut tidak lama, sekitar 15 menit mereka masuk kembali ke dalam gereja.
Warga Busukan kemudian melanjutkan demo di jalan masuk kampung, tak satu pun pihak gereja merespon aspirasi warga. Selanjutnya pada siang hari, Walikota Solo, Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo masuk ke dalam gereja untuk meresmikan acara tersebut. [SY]