JAKARTA (Panjimas.com) – Pada tanggal 22 Mei nanti, Aliansi BEM Seluruh Indonesia mengajak seluruh selemen mahasiswa dan masyarakat untuk aksi turun ke jalan menyampaikan tujuh gugatan rakyat (Tugu Rakyat). Rencananya aksi unjuk rasa tersebut akan terpusat di Istana Negara.
Ketujuh tuntatan rakyat itu adalah: Pertama, kembalikan subsidi listrik 900VA dan BBM, serta jamin keterjangkauan harga kebutuhan pokok bagi rakyat. Kedua, wujudkan jaminan pendidikan nasional dan layanan kesehatan yang berkualitas dan membebaskan.
Ketiga, usut tuntas kasus E-KTP tanpa adanya intervensi politik, berantas praktik korupsi, kolusi dan nepotisme sampai ke akar-akarnya. Keempat, tegakkan demokrasi, tolak pembungkaman dan tindakan represif aparat negara.
Kelima, usut tuntas mafia Karhutla, hentikan proyek reklamasi dan tolak penambangan kawasan bentang alam karst untuk pabrik semen di seluruh Indonesia. Keenam, wujudkan supremasi hukum dan tindak tegas pelaku kejahatan seksual. Ketujuh, hilangkan dominasi asing dan nasionalisasi aset-aset bangsa serta wujudkan kedaulatan pangan, energi dan maritim.
Dalam seruan nasional itu, mahasiswa menilai, saat tanda kemunduran bangsa tampak semakin jelas. Pemerintah dengan sewenang-wenang menetapkan kebijakan mencekik rakyat. Berbagai aset negara dikuasai asing, sedang rakyat miskin di gusur dan di PHK. Tugas pemerintah kini tak lebih hanya untuk melanggengkan kekuasaan dan memperlancar proyek-proyek korporat asing.
“Memasuki tahun ketiga rezim berkuasa, janji sekaligus program andalan Nawa Cita nyatanya hanya menjadi Duka Cita bangsa. Maka cita-cita demokrasi dan kedaulatan rakyat adalah omong kosong belaka, apabila tidak ada yang memperingatkan rezim hari ini, sehingga permasalahan semakin larut,” ungkap Presiden BEM UNS Surakarta, Wildan Wahyu Nugroho dalam keterangan persnya.
Pada momentum bersejarah Kebangkitan Nasional tak ada artinya apabila hanya menjadi seremonial belaka. Maka tetapkanlah Hari Kebangkitan Nasional sebagai Hari Kebangkitan Mahasiswa Indonesia.
“Angkat kepal tanganmu. Gelarlah parlemen jalanan, perlihatkan pada rezim hari ini bahwa kita tidak akan surut! Perjuangan ini tidak mengenal sikap ganda. Ia hanya mengenal satu sikap totalitas Surakarta,” kata Wildan yang juga Koordinator Pusat Aliansi BEM Seluruh Indonesia. (desastian)