JAKARTA (Panjimas.com) – Sejak Hakim yang menjatuhkan Ahok dengan hukuman dua tahun penjara, dan memasukkan ke dalam tahanan, mulai dari Rutan Cipinang, kemudian dipindahkan ke Mako Brimob, tak membuat para pendukung Ahok legowo. Di berbagai kota, bahkan ;uar negeri, massa Ahokers yang sebagian besar bermata sipit melakukan aksi bakar lilin hingga mengotori kota.
Di Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, Ahokers menyalakan seribu lilin sebagia simbol dukungan dari wilayah pegunungan tengah Papua untuk keadilan atas penahanan Gubernur DKI Jakarta non aktif Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Aksi pembakaran lilin yang dilakukan Ahokes, mengaku tidak bertujuan menginterfensi proses hukum yang sedang berjalan terhadap Ahok. Mereka hanya memberikan dukungan bahwa Ahok tidak layak untuk dipenjara. Dia bukan koruptor, pembunuh, pemerkosa, pencuri jadi tidak layak dia ada di dalam penjara.
Ahokers juga akan mengumpulkan salinan KTP warga untuk dibawah ke Jakarat kepada tim Ahok sebagai bentuk dukungan dari Papua. Mereka memberikan dukungan kepada tim kuasa hukumnya, untuk meminta penangguhan penahanan.
Di Surabaya, umat Kristiani juga menyalakan lilin di kawasan Tugu Pahlawan, tepatnya di depan Kantor Gubernur Jawa Timur, Jalan Pahlawan, Surabaya, sejak pukul 17.30 WIB. Selang satu jam kemudian ruas Jalan Pahlawan sudah terlihat dipenuhi massa yang sebagian besar mengenakan pakaian berwarna merah. Massa juga membentangkan berbagai macam spanduk dengan dalih rasa cinta mereka terhadap NKRI.
Massa hanya menyanyikan beberapa lagu kebangsaan, seperti Indonesia Raya, Padamu Negeri, Indonesia Pusaka dan beberapa lainnya. Mereka menyebutnya aksi aksi toleransi.
Di Bandung, massa berbaju kotak-kotak berkumpul di Jalan Diponegoro, depan Gedung Sate, masih dengan aksi yang sama, menyalakan lilin atas nama perdamaian.
Di Purwokerto, Ahokers berkumpul di sisi selatan Alun-Alun Purwokerto, Sabtu malam. Dalam aksi tersebut, massa membawa sejumlah poster di antaranya bertuliskan “Save Ahok”, “Save NKRI…TNI…POLRI…Purwokerto”, “Harga Mati NKRI”, “Bersatu! Bercahaya! Bangkit! Tuntunlah Kebenaran!”, “Kita Dukung Pancasila”, dan “Biarlah Rohmu Tetap Menyala-nyala Pak Ahok dan Layanilah Tuhan”. Aksi itu diikuti dari berbagai komunitas seperti Gusdurian, Majelis Agama Konghucu Indonesia, dan umat Nasrani.
Di Bali, pendukung Ahok berkumpul di Lapangan Puputan Renon untuk mengikuti acara doa bersama dan penyalaan lilin untuk Ahok, Kamis malam, 11 Mei 2017. Mereka berharap Ahok tetap tabah menjalani vonis hakim 2 tahun penjara.
Ahokers di Luar Negeri
Bukan hanya di dalam negeri, Warga negara Indonesia (WNI) yang ada di Eropa seperti di Inggris, Belanda, dan Prancis menggelar aksi serupa, dengan menyalakan lilin, menyanyikan lagu nasional Indonesia dan memakai busana hitam atau merah dan putih.
Massa Ahokers juga menunjukkan rasa sedih yang sama. Sekitar 150 warga Indonesia berkumpul di kawasan Menara Eiffel, Paris, untuk mendoakan terpidana penodaan agama Ahok, Minggu malam (14/5) waktu setempat.
Mereka mengenakan pakaian serba merah putih, sebagian memakai baju kotak-kotak khas pendukung Ahok, dan lengkap dengan atribut bendera juga balon merah putih. Selain itu, mereka juga membawa spanduk bertuliskan dukungan terhadap Ahok seperti “From Paris with love, Pray for Ahok”, “Bebaskan Ahok! Ahok bukan penista agama”, “Libérez Ahok”, “Ahok you’ll never walk alone”, “NKRI harga mati”, serta “Keep praying and save Indonesia”.
Acara bertajuk “Peduli NKRI” itu dimulai dengan mengheningkan cipta untuk Ahok dan Indonesia. Selanjutnya, mereka menyanyikan sejumlah lagu nasional termasuk “Indonesia Raya” dan “Tanah Airku”.
Di London, Ahokers berkumpul di komedi putar raksasa London Eye dekat jam gadang “big ban,”. Kegiatan tersebut diprakasai diaspora Indonesia yang ada di London Cathy Lelengboto bersama rekan-rekan nya yang tergabung dalam komunitas Bara JP London juga diikuti oleh warga asing.
Di Belanda 1000 Lilin Untuk Indonesia itu digelar hari Sabtu pukul 20.00 di Damrak, Amsterdam. Acara serupa juga akan digelar di Den Haag, Groningen dan Utrecht. Aksi serupa akan digelar di beberapa kota di Eropa lainnya, seperti di Helsinki (Finland), Frankfurt dan Bonn di Jerman, dan Swiss.
Pengamat politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Ubedilah Badrun menilai, respons dunia internasional terhadap kasus penodaan agama yang menjerat Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) berlebihan alias lebay. Pasalnya, respons dunia internasional terhadap kasus Ahok dianggapnya tidak berdasar fakta sosiologis. “Kalangan internasional yang menyoroti kasus Ahok perlu melakukan riset mendalam dengan datang ke Jakarta.”(des)