YOGYAKARTA (Panjimas.com) – Gubernur Nusa Tenggara Barat Dr. Tuan Guru Bajang (TGB) Muhammad Zainul Majdi, MA dalam safari dakwahnya, menemui Gubernur Yogyakarta, Sri Sultan Hamengkubuwono X di kantor Gubernur, Jalan Malioboro, Yogyakarta, untuk bersilaturahmi, Sabtu (13/5/2017).
TGB meminta Gubernur DIY bisa mendidik, mengayomi dan mengingatkan anak Mahasiswa NTB, sebagaimana memperlakukan anak-anaknya di Yogyakarta. “Saya sowan kepada beliau dalam rangka kunjungan Mahasiswa yang ada di Jogja yang jumlahnya sekitar 4 ribu orang. Tentu sebagai orang tua di sini, saya minta titip pada beliau dan menyampaikan penghargaan dan dukungannya,” ujarnya.
Menurutnya, kerja sama dibidang pendidikan antara NTB dan Yogyakarta sudah terjalin erat puluhan tahun. Dia mengakui jasa Yogyakarta dalam mencerdaskan generasi penerus daerah khususnya NTB sangat baik. “Kita kerja sama tentang ilmu, NTB dengan Jogja sudah puluhan tahun. Termasuk ayah saya lulusan Fakultas Hukum UGM, jadi jasa Jogja dengan NTB itu luar biasa di dalam akses pendidikan tinggi,” ujarnya.
Sementara itu, dihadapan TGB, Sri Sultan mengaku bangga dengan anak-anak NTB. Kerja sama dalam bidang pendidikan akan terus berlanjut dan bersinergi.“Tadi sudah disampaikan beliau, sama ya kerja sama, silaturahmi. Kita sama-sama menghargai, beliau kan juga Gubernur. Nanti kita bangun sinergi,” ucap Raja Kraton Yogyakarta itu.
Kunjungi Ponpes Krapyak
Dalam kesempatan itu, Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi, MA juga menyempatkan berkunjung ke Ponpes Al Munawwir Krapyak, Yogyakarta untuk bertemu dengan pengurus dan santri Ponpes.
“Yang pokok kita menyambung silaturahmi orang tua kita. Ilmu dari Allah itu yang bersih, pipa mungkin bisa besar atau kecil, yang penting bisa mengalir, artinya sanad penting kita jaga. Saya pribadi merasa ini sangat penting,” kata TGB di depan santri Ponpes Krapyak, Sabtu (13/5/2017).
TGB meminta para Kyai Krapyak bisa memperlakukan warga NTB dengan bimbingan yang baik. Selain itu dia berharap bisa mengajarkan dengan ilmu keislaman kepada masyarakat NTB yang ada di Krapyak.
“Jika warga Krapyak berjumpa dengan anak-anak kami dari NTB mohon untuk dibimbing. Khususnya di pondok ini, tolong diajarkan ilmunya, tidak hanya keislaman tapi juga kebangsaan,” tuturnya.
Selain itu, TGB menyoroti bahwa menghafal Al Quran bukan hal yang mudah, tapi bisa dilakukan. Dia mengaku jika diuji saat ini dengan hafalannya belum tentu lancar. Lantaran aktivitasnya sebagai Gubernur NTB membuat sedikit waktu menghafal lagi.
“Jangan ada pikiran dalam menghafal Al Quran itu menyita waktu untuk menuntut ilmu yang lain. Jangan ada pikiran itu, selalu perkuat ikatan itu supaya banyak hafalannya. Jadi membaca, menghafal dan memahami dengan baik dan mengamalkannya.Perlu diluruskan bahwa memang saya pernah menghafal 30 juz, tapi jika saat ini diuji lagi belum tentu bisa lulus 30 juz. Wajar saja jika hilang atau lewat berapa ayat,” tuturnya.
KH. Abdul Hafid mewakili keluarga Ponpes Al Munawwir Krapyak, mengaku bangga dengan kehadiran TGB. Sambil bercanda dia mengungkapkan sejarah singkat kepengurusan Ponpes Krapyak. “Merupakan kehormatan yang membanggakan dengan kedatangan pak Gubernur. Kebetulan keluarga besar pendiri pondok Krapyak. Saya punya istri 5 tapi tidak bareng karena kan syariatnya 4. Anaknya 34, jadi kita meneruskan perjuangan leluhur. Jadi kyai agak lama saya karena nunggu 34,” ujarnya sambil tersenyum.
Dalam kesempatan tersebut, TGB mencoba menguji santri Ponpes Krapyak yang telah lulus menghafal Al Quran 30 juz. Idris, salah santri Ponpes Krapyak yang telah hafidz Quran 30 juz dengan lancar meneruskan ayat-ayat Al Quran yang telah dibacakan TGB. “Alhamdulillah santri Krapyak hebat-hebat,” pujinya bangga. (SY)