GAZA CITY (Panjimas.com) — Hamas pada hari Kamis (11/05) mengecam keras keputusan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menutup kantornya di wilayah Jalur Gaza, keputusan mendadak OKI ini diduga kuat karena “tekanan” yang diberikan oleh Abbas yang memmpin pemerintahan Otoritas Palestina yang berbasis di Ramallah (PA).
“Keputusan OKI untuk menutup kantornya di Gaza akan mencabut hak bantuan kemanusiaan ribuan keluarga miskin – bersama dengan rumah-rumah yang dihancurkan oleh agresi Israel – bantuan kemanusiaan bagi rakyat Palestina sangat dibutuhkan, dan pengirimannya diawasi,” kata juru bicara Hamas Fawzi Barhoum dalam sebuah pernyataan, dikutip dari AA.
“Diharapkan OKI akan memperluas cakupan operasinya [di Gaza], tidak menciptakan krisis baru [dengan menutup kantornya],” imbuhnya.
“Kami menyerukan Sekretaris Jenderal OKI Yousef al-Othaimeen untuk menolak tekanan yang dilakukan oleh pihak manapun yang bertujuan memperketat pengepungan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza,” kata Barhoum.
Jalur Gaza, berada dalam kendali Hamas sejak 2007, situasi ini terus berlanjut di bawah embargo satu dekade Israel yang juga didukung oleh Mesir, kondisi ini melumpuhkan Gaza.
Pada hari Rabu (10/05), Mohamed Hasana, Kepala Kantor OKI untuk koordinasi kemanusiaan, mengumumkan bahwa kantor tersebut akan ditutup dan tanggung jawabnya dipindahkan ke kantor OKI di kota Ramallah, ibukota Tepi Barat, yang merupakan ibukota pemerintahan Otoritas Palestina (PA).
Dalam sebuah pernyataan, Hasana menghubungkan keputusan tersebut dengan “tekanan politik PA dalam konteks sebuah kampanye tekanan yang sedang berlangsung melawan pemerintahan Jalur Gaza yang dikelola Hamas”.
Sebelumnya, saat bertemu dengan para diplomat Arab di Washington, hari Kamis (04/05), Presiden Mahmoud Abbas mengancam akan mengambil langkah-langkah yang “belum pernah terjadi sebelumnya” yang ditujukan untuk memaksa Hamas – yang telah memerintah Jalur Gaza sejak 2007 – untuk menyerahkan pemerintahan wilayah Jalur Gaza kepada pemerintah “persatuan” yang berbasis di Ramallah.[IZ]