JAKARTA (Panjimas.com) – Sayang sekali, lantaran faktor usia, Syaikh Ali Ashobuny (90) tidak bisa menghadiri Malam Anugerah Daqu Award. Pemberian penghargaan di bidang Tahfizh Quran ini bakal digelar Daarul Qur’an di Balai Sudirman, Tebet, Jakarta Selatan, pada Sabtu, 20 Mei 2017.
Ketua Daarul Qur’an Tarmizi Asshidiq menjelaskan, event ini merupakan ajang untuk memberikan penghargaan terhadap segenap pemangku kepentingan dalam program tahfizh Qur’an.
Lebih lanjut Tarmizi menerangkan, anugerah diberikan kepada penerima yang memenuhi persyaratan umum dan khusus. Persyaratan umum calon penerima adalah: dikenal oleh masyarakat secara nasional atau internasional sebagai penggerak da’wah Qur’an.
Kemudian, meliputi personal atau lembaga yang memiliki jiwa leadersip yang kuat, perhatian besar terhadap perkembangan da’wah Qur’an. Lalu mempunyai karya yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan da’wah Qur’an, baik dalam karya tulis (digital, on line atau cetak), buku, metodologi, atau dalam pengembangan dan pembinaan da’wah Qur’an ke masyarakat.
Adapun Katagori Khusus diberikan kepada personal dan lembaga dengan kriteria tertentu. Meliputi Tokoh Internasional, Tokoh Pendidikan, Keluarga Teladan Qur’an, Tokoh Pengusaha, Tokoh Birokrat, Tokoh Penggerak, Tokoh Da’wah, dan Inovator Bidang Qur’an.
Sedang untuk kategori lembaga, meliputi: Lembaga Pendidikan (Pesantren Boarding dan Non Boarding), Rumah Tahfizh (Binaan, Mitra, dan Mitra Mandiri) Daarul Qur’an, dan Pelopor Pesantren Tahfidz serta Media Syiar Quran.
Hingga saat ini, ungkap Tarmizi, sudah terjaring puluhan nominator Daqu Award. ‘’Pekan ini akan diseleksi oleh Dewan Juri untuk ditentukan pemenangnya,’’ katanya.
Tarmizi menambahkan, Malam Anugerah Daqu Award diawali dengan Wisuda Tahfizh Nasional (WTN). WTN diikuti 330 peserta, yang sudah hafal Qur’an sebanyak 4 juz (14 murid SD), 12 juz (32 anak murid pesantren Sighor), 15 juz (115 murid SMP), dan 30 juz sebanyak 169 murid SMA dan umum.
Nah, sebagai ganti atas ketidakhadirannya pada event tersebut, Syaikh Ali Ashobuny mengutus putranya, Dr Muhammad Basyri Haddad, untuk ke Indonesia.
Syaikh Ali Ashobuny juga menitipkan sebuah kitab karyanya sebagai hadiah bagi Ustadz Yusuf Mansur. Ustadz Ibnu Syam menjelaskan, kitab berjudul Al Ibdaa’ul Bayanii Al Qur’anul ‘adzhim itu berisi linguistik, balaghah, tamsil, majaz, dan istiarah dalam Qur’an.
Sekilas Syaikh Ali Ashobuny
Ulama kaliber internasional bernama lengkap Muhammad Ali ibn Ali ibn Jamil al-Shabuni, ini dilahirkan di Halab (Aleppo), Syam (Suriah) pada tahun 1347 H/1928 M.
Hafal Qur’an sejak di bangku tsanawiyah (menengah), ia didik langsung oleh ayahnya, Syaikh Jamil al-Shabuni. Kemudian berguru kepada ulama-ulama seperti: Syaikh Muhammad Najib Sirajuddin, Ahmad al-Shama, Muhammad Said al-Idlibi, Muhammad Raghib al-Tabbakh, dan Syaikh Muhammad Najib Khayatah.
Karyanya yang terkenal antara lain Kitab Al-Tibyan fi ‘Ulum Al-Qur’an. Juga Shafwah Al Tafasir, yang merupakan tafsir ringkasan (Jami’ baina Al Ma’tsur wa Al Ma’qul) dari kitab-kitab tafsir terbesar seperti Al Thabari, Al Kasysyaf, Al Alusi, Ibn Katsir, Bahr dan Al Muhith.
Berkat kiprahnya di dunia pendidikan Islam, Syaikh Ali Ashobuny dinobatkan sebagai Personality of the Muslim World pada 2007 dalam ajang Dubai International Qur’an Award. (bowo/des)