JAKARTA (Panjimas.com) – Ada apa dengan Polri? Pertanyaan itu hadir saat melihat pengamanan yang dilakukan korps Bhayangkara terhadap aksi pendukung terpidana penodaan agama Basuki Tjahaja Purnama alias ahok. Ada perlakuan berbeda dari polisi saat melakukan pengamanan aksi massa Ahok.
Sejak Ahok ditahan di LP Cipinang, tak terlihat upaya polisi untuk membubarkan massa pendukung Ahok dari sore sampai malam di sekitar Rutan Cipinang. Demo dibiarkan sampai larut malam hanya untuk menjadi alasan pemindahan Ahok.
Saat dipindahkan ke Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, kembali massa Ahokers berkerumun dan berteriak “Bebaskan Ahok”. Kemacetan pun tak bisa dihindari. Mereka melakukan kegiatan bakar lilin sambil berorasi.
Meski dilarang melakukan aksi di Hari Raya Waisak, sejumlah pendukung Ahok tetap menggelar aksi di depan Markas Korps Brimob (Mako Brimob). Mereka menggelar doa bersama dan menyanyikan sejumlah lagu kebangsaan.
Aksi ini dimulai sekitar pukul 11.00 WIB di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat, Kamis (11/5/2017). Sejumlah orang membawa poster bergambar Ahok. Melalui pengeras suara, Ahok berbicara kepada pendukungnya agar tidak menggelar aksi di depan Mako Brimob.
Komunikasi antara Ahok dengan pendukungnya dimediasi oleh aparat kepolisian. Massa awalnya ingin melihat Ahok langsung, namun tidak diperbolehkan. Akhirnya, masa setuju mendengar suara Ahok melalui pengeras suara.
Ahokers Di Yogya
Bukan hanya di Jakarta dan Depok, di Yogyakarta, Ahokers juga membuat keributan. Sekelompok massa mengatasnamakan Aliansi Merapi menggelar demo malam hari di Tugu, Yogyakarta sebagai bentuk matinya hukum atas kasus penistaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).
Mereka juga menyebar selebaran provokatif dengan menuduh umat Islam melakukan ketidakadilan hukum, rasis, memolitisasi agama, anti kebinekaan dan intoleran. Aksi yang seharusnya hanya menyalakan lilin dan menyanyikan lagu Indonesia Raya itu melanggar kesepakatan.
Dalam pantauan Panjimas di Yogyakarta, malam itu Ormas Islam menagih kesepakatan terhadap demo massa pro penista agama agar tidak ada orasi dan simbol agama apapun. Namun kedatangan ormas di lokasi mendapat sambutan aparat Polisi dengan tembakan peringatan. Bahkan polisi menangkap anggota ormas Islam di Tugu Yogyakarta.
Ada delapan anggota Ormas Islam yang ditangkap Polisi. Sampai sekarang mereka masih mendekam di Poltabes Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dengan tuduhan berbuat rusuh.
Ketua Angkatan Muda Forum Ukhuwah Islamiyah (AM FUI) Yogyakarta, Fuad Andreago, segera melakukan koordinasi dengan Pengacara untuk membebaskan anggota ormas yang ditangkap, setelah aksi di Tugu dibubarkan aparat Polisi. Massa ormas kemudian bergerak menuju Poltabes DIY untuk melakukan negosiasi.
Fuad menegaskan bahwa aksi massa Aliansi Merapi telah melanggar aturan karena menggelar demo berorasi di malam hari. Dia semakin tidak terima dengan tersebarnya broadcast fitnah dan dhalim terhadap laskar yang katanya membawa senjata dan berbuat anarkis.
Ahokers Di Papua
Ahokers juga galau di Merauke, Papua. Sekitar 700 orang pendukung Ahok berkumpul di kawasan ikonik Merauke, Papua, yakni Tugu Lingkar Brawijaya (Libra). Mereka meneriakkan tuntutan agar Ahok dibebaskan dari penjara.
Klakson motor dan mobil menyalak di Jalan Brawijaya dekat Tugu Libra, Merauke, Kamis (11/5/2017) pukul18.30 WIT. Lalu lintas di perempatan ini menjadi macet. Mereka kemudian menyalakan lilin, berkumpul memenuhi setengah lingkaran kawasan Tugu Libra yang tak jauh dari Masjid Raya Al Aqsha ini. Nanyian ‘Rayuan Pulau Kelapa’ hingga ‘Maju Tak Gentar’ dilantunkan bersama. Beraneka yel-yel dipekikkan.
“Bebaskan Ahok! Intoleransi? No! Radikalisme? No! NKRI? Harga Mati!” teriak mereka dipandu seorang perempuan berbaju kotak-kotak lewat pengerak suara.
Melihat ketidakpuasan para Ahokers, Netizen di media sosial, berkomentar: Ahokers sudahlah, segera move on! (yan/sy/des)