DAMASKUS, (Panjimas.com) – Sebuah Badan Intelijen Barat baru-baru ini mengungkapkan bahwa rezim Bashar Al-Assad terus memproduksi senjata-senjata kimia yang melanggar kesepakatan tahun 2013 terkait kebijakan penghilangannya, seperti dilansir AlKhaleej Online Jumat (05/05).
Menurut situs Arab, sebuah dokumen intelijen yang diperoleh BBC mengatakan bahwa amunisi kimia dan biologi diproduksi di 3 lokasi utama di dekat Damaskus dan Hama, dengan sepengetahuan baik itu Rusia dan Iran.
Ketiga situs tersebut merupakan cabang dari Scientific Studies and Research Center (SSRC), sebuah Badan penelitian rezim Assad, demikian menurut laporan itu.
Meskipun situs-situs itu dalam pantauan oleh Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia, Organisation for the Prohibition of Chemical Weapons (OPCW), dokumen tersebut menuding bahwa produksi dan pemeliharaan senjata kimia terus berlanjut secara tertutup.
Dokumen tersebut juga menuding bahwa rezim Assad secara keliru menyatakan karya-karya salah satu cabang penelitian ini bertujuan demi alasan pertahanan, padahal sebenarnya terus mengembangkan kemampuan ofensif.
Suriah setuju untuk menyerahkan persediaan senjata kimianya setelah kesepakatan yang ditengahi oleh AS dan Rusia pada tahun 2013.
Bulan lalu, rezim Suriah melancarkan serangan kimia ke kota Khan Sheikhoun yang diprotes keras kubu oposisi yang menewaskan sedikitnya 87 jiwa, menurut Observatorium HAM untuk Suriah (SOHR) yang berbasis di Inggris.[IZ]