GAZA, (Panjimas.com) – Organisasi perlawanan Palestina Hamas menyatakan pemimpin politik baru mereka, Ismail Haniyeh akan tetap tinggal di Jalur Gaza.
Mengutip laporan Anadolu, juru bicara Hamas, Hazem Qasim mengatakan bahwa Haniyeh akan meninggalkan Gaza “jika itu mendesak”.
“Posisi baru Haniyeh menuntut dirinya untuk melakukan tur di luar Gaza,” imbuhnya.
“Kepergiannya dari Jalur Gaza akan dinilai oleh pimpinan Hamas sesuai dengan evaluasi di masa depan,” kata juru bicara Hamas tersebut.
Haniyeh, merupakan mantan Perdana Menteri Palestina, Ia terpilih sebagai Kepala Biro Politik Hamas pada hari Sabtu (06/05), menggantikan Khaled Meshaal, yang telah menjadi pemimpin Hamas sejak 1996.
Jajak pendapat diadakan di Jalur Gaza dan Doha bersamaan melalui konferensi video.
Seorang sumber Hamas mengatakan bahwa Haniyeh mungkin saja akan tinggal di luar Gaza, yang kini berada di bawah blokade Israel selama satu dekade.
Haniyeh lahir pada tahun 1963 di Jalur Gaza.
Pada tahun 1992, dia diasingkan oleh Israel ke Libanon selatan, bersama dengan sejumlah pemimpin Hamas selama sekitar satu tahun.
Pada tahun 1997, Haniyeh ditunjuk sebagai Kepala Kantor Pendiri Hamas Sheikh Ahmed Yassin.
Pada tahun 2006, Haniyeh diangkat sebagai Perdana Menteri setelah Hamas menyapu bersih suara dalam pemilihan Parlemen di Jalur Gaza.
Namun, Haniyeh dipecat oleh Presiden Palestina Mahmoud Abbas satu tahun kemudian setelah Hamas menguasai Jalur Gaza setelah perselisihan.[IZ]