TANGERANG (Panjimas.com) – Jika ada yang bertanya, siapakah pelopor atau penggerak tahfizh Qur’an di Indonesia? Kebanyakan orang akan menjawab dan tertuju pada sosok Ustadz Yusuf Mansur, pendiri Yayasan Daarul Qur’an Nusantara.
“Bukan kami yang mempelopori gerakan tahfizh Qur’an. Saya dan Daarul Qur’an cuma kecipratan nama dan berkah saja. Ada yang lain lebih dulu sebelum Daarul Qur’an,” kata Pembina Yayasan Daarul Qur’an Nusantara, Ustadz Yusuf Mansur dalam Konferensi Pers di Hotel Siti, Tangerang, Ahad (7/5) jelang digelarnya Daqu Award dan Wisuda Tahfizh Nasional.
Dulu memang, kata ustadz asli Betawi ini, Daarul Qur’an Nusantara yang menginisiasi adanya “Program Indonesia Menghapal” dan “Gerakan One Day One Ayat”. Alhamdulillah, gerakan ini mendunia dan diterima oleh para ulama di negara Timur Tengah, termasuk Imam Masjidil Aqso.
Kalau dulu, penghapal Qur’an hanya orang yang sudah terpilih dan bagus bahasa Arabnya, namun jumlahnya sedikit. Nah, kami berharap Al Qur’an itu buat semua. Sebuah kehormatan buat Yusuf Mansur, jika ada yang menilai dirinya sebagai pelopor gerakan tahfizh Qur’an di negeri ini.
“Kami pengen tukang pecel lele, tukang bubur, security, perawat, dokter, polisi sekelas polsek, jenderal bintang dua, pilot, sopir taxi, ojek, hingga ibu rumah tangga, bisa hapal Qur’an,” kata Ustadz Yusuf Mansur tersenyum.
Bukan Ustadz Yusuf Mansur kalau tidak memiliki visi ke depan. Ia me ngaku punya impian baru dan harapan tinggi. Impiannya adalah membawa Daarul Quran dengan program tahfizhnya hingga ke lima benua, seperti sebuah Perguruan Islam Sulaimania yang tersebar di 120 negara. Adapun jalurnya melalui kampus-kampus di seluruh dunia.
“Ada sebuah kampus di Scotlandia dan Australia, dimana terdapat komunitas mahasiswa Indonesia, yang setiap minggunya mengadakan program tahsin. Kami pun masuk dan berharap bukan hanya tadabur saja, tapi juga ada program tahfizhnya. Selain kampus, juga melalui masjid-masjid. Bahkan kami pun melakukan penyiapan imam muda untuk dikirim ke masjid-masjid di lima benua.”
Seperti diketahui, saat ini Islam berkembang pesat di Jerman, Australia, Amerika, Inggris Raya, dan negara Eropa lainnya. Disana mereka butuh guru ngaji dan imam masjid. Ini sebetulnya peluang. (desastian)