JAKARTA (Panjimas.com) – Dalam talkshow disebuah stasiun televisi swasta, yang dipandu Rosianna Silalahi itu, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengaku tersinggung jika aksi bela Islam dikaitkan dengan upaya kudeta Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi).
Perasaan tersinggung yang diutarakan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo dalam acara talkshow di sebuah televisi swasta, Kamis 4 Mei 2017, diapresiasi Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) M Sohibul Iman. Pasalnya, umat Islam dalam sejarahnya tidak pernah merongrong negara.
Dalam talkshow itu Gatot Nurmantyo yakin upaya makar atau kudeta tidak akan mungkin dilakukan oleh kelompok Islam untuk menjatuhkan Pemerintahan Jokowi. Kata Gatot, dua organisasi Islam, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama menjadi motor bersama rakyat dari kelompok agama lain dalam merebut kemerdekaan Indonesia.
Menanggapi pernyataan Panglima TNI, Sohibul Iman menilai, Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo, jernih melihat aksi bela Islam belakangan ini. Sohibul sepakat dengan pandangan Gatot dalam talkshow di sebuah televisi swasta, Kamis 4 Mei 2017 malam.”Pak Gatot jernih melihat aksi ini. Memang menurut saya juga itu terlalu jauh kalau dianggap mau kudeta, paranoid,” ujar Sohibul Iman, Jumat (5/5/2017).
Kata mantan anggota DPR ini, kudeta tidak mungkin terjadi hanya dilakukan elemen sipil. Sementara peserta aksi bela Islam murni dari elemen sipil. “Harus ada unsur militernya. Ini kan benar-benar hanya elemen sipil,” pungkasnya.
Senada dengan Anggota DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mahfudz Siddiq, “Apa yang disampaikan Panglima benar 1.000%. Umat Islam dalam sejarahnya tidak pernah merongrong negara,” ujarnya, seperti dilansir Sindonews, Jumat (5/5/2017).
Kata Mahfudz, umat Islam memiliki saham terbesar dalam membentuk Indonesia, memperjuangkan kemerdekaan dan merawat NKRI sepanjang sejarahnya.”Segala isu, pandangan, insinuasi, dan provokasi sekarang ini bahwa ada upaya umat Islam ingin mengganggu NKRI adalah ilusi siang hari dan dusta malam hari,” paparnya.
Maka itu, dia meminta ilusi dan dusta tersebut dihentikan. Karena menurutnya, ilusi dan dusta itu adalah upaya sadar menutup satu potret buram yang mulai nampak di Republik ini, yang dipicu oleh seorang Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dengan kasusnya.
“Saya apresiasi sikap dan pernyataan Panglima TNI yang secara sadar, jelas, dan tegas mematikan upaya sistematik membenturkan umat Islam dengan TNI,” pungkasnya. (desastian)