GAZA, (Panjimas.com) – Sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam mengultimatum Israel untuk segera menanggapi tuntutan aksi mogok makan massal ribuan tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
“Kami memperingatkan musuh Israel karena mengabaikan tuntutan yang benar dan sah dari tahanan kami,” kata Abu Ubaida, juru bicara Brigade al-Qassam, mengatakan dalam sebuah rekaman pidato yang disiarkan oleh televisi Al-Aqsa yang dikelola oleh Hamas pada Selasa malam (02/05).
“Jika musuh (Israel) tidak menanggapi tuntutan narapidana, kami akan memperbarui daftar kesepakatan pertukaran narapidana, dengan menambahkan 30 tahanan pada daftar untuk setiap hari penundaan,” imbuhnya.
Abu Ubaida tidak mengungkapkan rincian kesepakatan pertukaran tahanan yang dia sebutkan dalam pidatonya tersebut.
Pada bulan April tahun lalu, Brigade al-Qassam merilis foto 4 tentara Israel yang diyakini telah ditangkap oleh kelompok perlawanan Palestina tersebut.
Hamas menahan diri untuk tidak mengungkapkan, bagaimanapun, apakah tentara yang diperlihatkan di foto tersebut telah tewas atau masih hidup.
Hamas secara konsisten menolak untuk memberikan informasi apapun tentang tentara Israel yang tertawan tanpa terlebih dahulu menuntut harga untuk itu.
Pada tahun 2011, Hamas dan Israel melakukan pertukaran tahanan dimana Hamas membebaskan tentara Israel Gilad Shalit sebagai imbalan atas pembebasan 1.027 tahanan Palestina.
Pada tanggal 17 April, lebih dari 1.000 tahanan Palestina yang dipenjarakan oleh Israel memulai aksi mogok makan terbuka untuk menuntut lebih banyak kunjungan ke penjara, perawatan medis yang lebih baik dan perawatan yang lebih baik untuk tahanan perempuan.
Aksi tersebut dipelopori oleh tahanan Palestina Marwan Barghouti yang telah lama dipenjarakan Israel, selama lebih dari satu dekade.
Menurut angka Palestina, Israel saat ini menahan lebih dari 6.000 warga Palestina – termasuk 57 perempuan dan 300 anak-anak – dalam 24 pusat penahanan di seluruh negeri.
Aksi mogok makan kolektif ribuan tahanan Palestina ini sebagai bentuk ketidaktundukan dan aksi pemberontakan melawan penindasan pendudukan Israel, baik secara praktek maupun hukum.
Chairman of the Detainees and Ex-Detainees Affairs Commission, Issa Qaraqe mengatakan keputusan aksi pemogokan menyusul gagalnya upaya dialog dan diskusi dari para tahanan dengan apa yang disebut “manajemen pusat-pusat penahanan” untuk memperbaiki situasi mereka.
Qaraqe menunjukkan bahwa para tahanan Palestina tersebut adalah tawanan perang dan pembela permasalahan rakyat serta martabat dan hak rakyat Palestina untuk kebebasan.
Ketua Komisi Urusan Tahanan dan Mantan-Tahanan itu juga menambahkan bahwa aksi mogok makan massal ini sangat penting, mengingat fakta bahwa gerakan ini dipimpin oleh anggota Parlemen Marwan Barghouti, seorang anggota Komite Sentral Fatah, dan sejumlah tahanan yang berpartisipasi di dalamnya.
Qaraqe menegaskan desakan para tahanan untuk melanjutkan mogok makan mereka sampai hak-hak mereka dijamin dan terpenuhi.
Lebih lanjut Issa Qaraqe memperingatkan otoritas pendudukan Israel terhadap penggunaan hukum yang memungkinkan pemaksaan makan tahanan dan penindasan terhadap tawanan perang, atau teknik lain untuk meningkatkan tekanan pada mereka.[IZ]