KLATEN, (Panjimas.com) – Komandan Komando Kesiap Siagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (KOKAM) Jawa Tengah, Ustadz Muhammad Ismail dalam orasi pada Aksi bela Islam 55 di depan Kejaksaan Tinggi (kejari) Klaten jalan Pemuda selatan no 82, Klaten mengakui Komunis dan Penguasa yang mengacaukan Negeri, Jumat (05/05).
Di atas mobil orasi, dia mengatakan adanya mufakat jahat antara PDIP dan Komunis di Hotel Dana Solo. Hal itu menurutnya fakta yang bisa dicari kebenarannya dimanapun.
“Kita tahu kalau bicara Ahok mesti bicara Komunis, bicara Ahok mesti bicara tentang Penguasa. Pada tanggal 20 Mei 2016 di Hotel Dana Solo telah terjadi permufakatan jahat, antara tokoh PDIP dan antek-antek Komunis bahwa umat Islam yang harus dibasmi dan dicabik-cabik oleh mereka,” katanya dihadapan ribuan peserta aksi.
Selain itu, Ismail juga terjun langsung beraudiensi ormas yang diduga jaringan neo komunis di Semarang. Kata dia, mereka sudah siap melawan umat Islam dan siap merebut NKRI.
“Hari Senin kemarin kami memburu antek-antek Komunis di Semarang, kita dialog bahwa mereka sudah menantang pada kita dan memebrikan sinyal akan menantang kita. Saya mau tanya pada pak Kapolres, sebenarnya Tito Karnavian itu agamanya apa? Kalau mereka agamanya Islam punya kebenaran dihati,” ucapnya di atas mobil orasi.
Sebelumnya, Ismail menjelaskan bahwa Kokam dan Umat Islam sebagai benteng terakhir NKRI. Tuduhan Radikal, intoleran dan Teroris baginya tidak menyurutkan untuk berjuang membela umat islam dan NKRI.
“Kami umat Islam benteng terakhir Negeri ini, dan Kokam akan komitmen terhadap Islam dan NKRI. Yang namanya pejuang dulu panggilannya ekstrimis, jadi kalau saya dikatakan intoleran. Padahal yang intoleran siapa? Umat Islam paling toleran mas. Faktanya umat Islam yang dibantai, kita paling sabar, bagi kami kesabaran ada batasnya. Darah Kokam itu darah pejuang, kami siap mati untuk Islam dan NKRI,” pungkasnya. [SY]