JAKARTA (Panjimas.com) – Berbekal spirit Aksi 212, Majelis Ta’lim Wirausaha (MTW) yang diketuai oleh Ustadz Valentino Dinsi bertekad Indonesia memiliki 20 juta usaha berbasis masjid.
“MTW sudah punya peta jalan sampai 2030, dimana targetnya, antara lain, Indonesia punya 20 juta usaha level UMKM di 100 ribu masjid, 2.000 korporasi menengah dengan aset tiap korporasi Rp. 5 triliun, dan 100 korporaasi konglomerat dengan aset di atas Rp. 30 triliun yang mengelola 10 industri,” kata Valen, panggilan akrabnya kepada Panjimas di Depok.
Dikatakan Valengtino, keberhasilan masjid dalam mencapai tujuan dan menjalankan fungsinya dalam pemberdayaan umat, banyak ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang menjalankan organisasi masjid tersebut.Karena itu, kebijakan pembinaan banyak diarahkan pada peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepemimpinan yang perlu dimiliki kader dari masjid tersebut, sehingga akan lahir kader dengan mental pengusaha melalui pemberdayaan masjid,
Untuk mendukung kebutuhan tersebut, MTW melaksanakan program untuk menyiapkan kader-kader terbaik masjid dalam kegiatan “Latihan Kader Masjid Mandiri”. Dalam rangka itu MTW ingin membangun kepemimpinan, spiritual dan mental wirausaha untuk mewujudkan masjid yang berdaya dan bermanfaat untuk umat.
“Sejak Aksi 212, spirit 212 menyebar dalam hati jutaan umat Islam Indonesia. Salah satu poit yang nyata adalah harapan dan keinginan segera hadirnya kekuatan ekonomi umat yang akan menghadirkan ekonomi umat yang berkeadilan. Ketimpangan ekonomi telah melahirkan rasa ketidakadilan dan membuat ekonomi umat Islam terdikte oleh dominasi atas sumber daya, produksi dan distribusi.”
Menurutnya, Gerakan 212 telah membangkitkan kembali energi umat Islam untuk membangun bangsanya. Muncul upaya untuk menyalurkan energy besar ini pada penguatan perekonomian masyarakat, terutama usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).
Lahirnya Koperasi 212 dan berbagai warung ritel serta produk yang dilabeli 212 merupakan indikasi yang sangat positif, bahwa energy besar ini memerlukan wadah saluran yang tepat, sehingga membawa manfaat bagi perekonomian bangsa. Apalagi bangsa ini tengah berhadapan dengan situasi perekonomian yang berat.
Masih tingginya angka kemiskinan, yang mencapai angka 10,86 persen dari total penduduk, tinggi tingkat kesenjangan pendapatan dimana data Bank Dunia (2016) menunjukkan bahwa 1 persen kelompok tertentu (yang pasti bukan muslim) menguasai 50,3 persen kekayaan Indonesia, belum membaiknya daya beli masyarakat. Belum pulihnya perekonomian global juga turut memengaruhi kondisi perekonomian domestik.
“Karena itu semangat 212 dalam memajukan perekonomian bangsa harus disalurkan secara tepat agar manfaatnya bisa optimal dan bermanfaat untuk umat Islam,” tukas Valen. (desmoreno)