JAKARTA (Panjimas.com) – Upaya pengurangan resiko bencana melalui latihan kesiapsagaan, mitasi struktural dan non struktural harus diperhitungkan. Berdasarkan hasil kajian resiko bencana yang disusun Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), potensi jiwa terpapar ancaman bencana tersebar di 34 provinsi yang mencapai 254.154.398 jiwa.
Selama tahun 2016 kemarin terdapat 2.342 kejadian bencana, dan 92% adalah banjir, longsong dan puting beliung. Arah dan gambaran tren bencana global pun berpengaruh beberapa faktor, seperti meningkatnya jumlah penduduk, urbanisasi, degradasi lingkungan, kemiskinan, dan iklim global.
Kepala BNPB, Willem Rampangilei dalam simulasi kesiapsiagaan di Graha BNPB, Pramuka JakPus pada Rabu (25/4/2017) mengatakan “terkait tren bencana kedepan terus cenderung meningkat, diantranya 92% adalah bencana hidrometeorologi”.
BNPB terus mendorong masyarakat untuk mampu mengelola ancaman dari bencana yang kerap/berpotensi terjadi dilingkungannya. Masyarakat wajib tahu dan faham apa yang dilakukan saat terjadi bencana di tempatnya masing masing atau dilingkungannya mereka tinggal.
BNPB mencanangkan Hari Kesiapsiagaan Bencana dengan mengajak semua pihak meluangkan satu hari untuk melakukan latihan kesiapsiagaan bencana secara serentak pada tanggal 26 April.
BNPB juga menjadikan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana yang bertujuan membudayakan latihan secara terpadu, terencana dan berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menuju Indonesia Tangguh Bencana, ujar Willem.
Selain itu tanggal 26 April ini, Kepala BNPB melakukan peluncuran Multi Hazard Early Warning System (MHEWS), Indonesia All Warning, Analysis and Risk Evaluation (InAWARE). Yakni sistem informasi prediksi potensi bencana hidrometeorologi yang merupakan kombinasi dari prediksi cuaca resolusi dan ketepatan tinggi dengan indeks bencana inaRisk (edys)