JAKARTA (Panjimas.com) – Kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) gerah melihat situasi internal PPP yang terpecah. Para kader yang tergabung dalam Kaukus Kader Muda PPP, menyatakan sikap suara mayoritas kader muda. PPP harus tetap sebagai Partai Islam, mendukung pemenangan pemimpin muslim dan menolak dukungan terhadap Ahok-Djarot.
Ketujuh kader muda PPP tersebut menyatakan sikap penolakannya atas dukungan PPP kepada Ahok-Djarot. Hal ini disampaikan dalam konferensi pers “Kaukus Kader Muda PPP” yang digelar tadi malam (17/4) di Handayani, rumah makan yang memiliki fasilitas ruang meeting, Jl. Matraman Raya, Jakarta Timur.
Ketujuh kader yang tergabung dalam Kaukus Kader Muda PPP tersebut adalah Wakil Sekjen Bidang Industri DPP PPP Hilman Ismail Metareum (Putera Ismail hasan Metareum – Mantan Ketua PPP), Wakil Sekjen Bidang Hukum Ade Irfan Pulungan, Ketua Departemen Hubungan Internasional Taufik Hidayat, Ketua Departemen Hukum Ahmad Leksono, TMPI Sukabumi/NU Mohammad Mahin dan Habib Mansyur dari DPC Jakarta Pusat.
Hilman Ismail Metareum secara lengkap membawakan suara penolakan Kader Muda PPP terhadap dukungan PPP kepada Ahok-Djarot, baik di level Dewan Pimpinan Pusat dan Dewan pimpinan Cabang seluruh Indonesia.
“Dukungan PPP (Romy) terhadap paslon Ahok-Djarot telah menimbulkan polemik dan perdebatan di internal partai dan konstituen partai (umat Islam),” tegasnya. Hal ini sudah keluar dari visi-misi dan moto PPP “Amar ma’ruf nahi munkar” yang selama ini dijaga dan diusahakan para tokoh pemimpin pendahulu PPP.
Secara tegas Kaukus Kader Muda PPP – yang dibacakan Hilman Ismail Metareum – menyatakan sikap: Pertama, bahwa PPP sebagai partai perjuangan umat yang berazaskan Islam, maka gerakan dan kebijakannya wajib berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Sunnah Rosul (hadits) serta berpedoman pada prinsip perjuangan partai dan khittah perjuangan PPP.
Kedua, dukungan PPP kubu Romy kepada paslon nomor urut 2 (Ahok-Djarot) tidak mewakili aspirasi dan sikap mayoritas kader PPP dan konstituen PPP dan tidak sesuai dengan ketentuan dan AD/ART Partai. Sementara paslon Ahok pun dalam status tersangka tindak pidana penistaan/penodaan agama yang proses hukumnya sedang berjalan.
Ketiga, Kaukus Kader Muda PPP menolak tegas surat dukungan yang dikeluarkan DPW PPP untuk Ahok-Djarot karena hal itu tidak sesuai dengan paragraf ketiga Anggaran Dasar PPP hasil Muktamar VIII (Muktamar Pondok Gede) tentang Tugas dan Tanggungjawab Pengurus Harian DPP, Pasal 19 huruf (j) yang berbunyi “mengesahkan Calon Kepala Daerah tingkat Kabupaten/Kota dan Provinsi sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
Hilman Ismail Metareum sekaligus meminta konstituen PPP (umat Islam) dan warga DKI Jakarta yang memiliki hal pilih dalam Pilgub DKI untuk memilih pemimpin muslim, berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadits.
“Sikap menolak dukungan terhadap Ahok-Djarot ini, dan menujukan dukungan kepada pemenangan terhadap pemimpin muslim dalam Pilgub DKI Jakarta adalah bentuk pertanggungjawaban kita terhadap Allah SWT. Jadi, lebih baik terlambat daripada tidak menyatakannya sama sekali. Dukungan Romy terhadap Ahok-Djarot tidak boleh mewakili partai karena bukan aspirasi mayoritas internal dan konstituen partai,” ujar Taufik Hidayat menambahkan pernyataan Hilman Ismail Metareum.
Lebih lanjut Taufik Hidayat menegaskan bahwa penyataan sikap ini bukanlah upaya pemakjulan kepemimpinan PPP, melainkan upaya kader muda PPP untuk menyelamatkan partai berlambang ka’bah. “Gambar Ka’bah dalam logo partai memiliki makna yang jelas atas garis perjuangan partai,” tambahnya.
Senada pernyataan Taufik Hidayat, Habib Mansyur mengutarakan kegelisahan warga PPP, baik di Jakarta maupun di daerah atas dukungan yang diberikan Romy kepada Ahok-Djarot yang berseberangan dengan suara mayoritas. PPP harus kembali kepada marwahnya sebagai partai berlandaskan Islam dimana sebagian besar ulama – sebagai pewaris Nabi – berada didalamnya.
“Soal dukungan untuk pemimpin Muslim adalah soal yang berkaitan dengan akidah. Maka jangan main-main dengan akidah, karena Allah SWT pasti meminta pertanggungjawaban kepada kita masing-masing,” ujarnya berapi-api.
Kaukus Kader Muda PPP menyatakan bahwa Islam sebagai ideologi PPP harus menjadi warna, corak dan identitas partai, yang melambangkan keluhuran ajaran Islam. PPP harus menyadari bahwa sebagai partrai yang membawa ideologi Islam, memiliki tanggungjawab sangat besar untuk menjaga kehormatan dan marwah agama Islam.
PPP yang merupakan hasil fusi politik partai Nahdlatul Ulama (NU), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII), dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) yang dideklarasikan 5 Januari 1973 merupakan partai politik penerus estafet empat partai Islam sekaligus menjadi wadah aspirasi umat Islam. (taufik h/des)