SOLO (Panjimas.com) – Komandan Hizbullah Divisi Sunan Bonang, Yanni Rusmanto menanggapi isu yang mulai memanas terkait Pilkada di DKI Jakarta. Upaya memprovokasi umat Islam terjadi dari mulai teror mobil terbakar saat Tabligh Akbar Peringatan Isra Mi’raj yang diisi ceramah Habib Rizieq Syihab sampai dengan penyerangan rumah Ketua Tanfidzi DPD Front Pembela Islam (FPI), Buya Abdul Majid di Jakarta.
Yanni menilai Umat Islam sudah cukup sabar, hingga bukti aksi besar yang juga disebut Aksi 212 umat Islam tidak terprovokasi dan menunjukkan aksi super damai. Namun sebaliknya justru kelompok lain yang tidak suka Islam tegak, terus menerus melakukan provokasi.
“Kita melihat sebenarnya ini tahun keberhasilan mereka yang tidak suka toleran. Ormas Islam digoda tapi masih tetap bersabar, tapi harus siaga suatu saat terjadi sesuatu harus siap,” katanya usai jumpa pers di Restoran Solo Bistro, Jalan Slamet Riyadi, Solo, Jawa Tengah pada Selasa (18/4/2017).
Penanganan aparat kepolisian yang tebang pilih dinilai Hizbullah begitu tampak. Umat Islam yang sudah sangat toleran justru mendapatkan kezaliman. Kata Yanni, jika yang memprovokasi kubu intoleran malah lemah penegakkan hukumnya.
“Setiap ada penyerangan dari kelompok intoleran (yang tidak suka Islam) tidak pernah ada penanganan khusus, sampai detik ini bias. Tapi kalau Islam pasti dituduh teroris atau menolak kebhinekaan,” ujarnya.
Yanni juga mengakui saat ini Hizbullah juga sedang dibunuh karakternya melalui media. Lantaran sering memperingatkan kemaksiatan dan kebathilan sesuai prosedur, sehingga tidak menyalahi hukum.
“Orang Islam pasti nasionalis, tapi nasionalis belum tentu berjiwa Islam. Mari teman-teman laskar dan umat Islam, tahun 2017 ini titik bagaimana menstabilkan antara haq dan bathil itu hilang. Dan Hizbullah ini mau dibunuh karakternya. Karena setiap bertindak kita lapor polisi, pemberitahuan, kita datang juga tidak beringas,” tutupnya. [SY]