JAKARTA (Panjimas.com) – Alasan mundurnya Pengurus Cabang NU (PCNU) Aceh Barat Daya (Abdya) adalah bentuk protes terkait sikap Ketua Umum PBNU Said Aqil Siroj yang mendukung pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat dinputara kedua.
“Ini bukti kami membela Islam dan pemimpin Islam. Setidaknya di akhirat Allah SWT tahu PBNU Abdya menolak kafir jadi pemimpin,” tegas Ketua Harian Syuriah PCNU Aceh Barat Daya (Abdya) Tgk Armisli seperti dilansir dari Rakyat Aceh (Jawa Pos Group), Senin (17/4).
Adapun elemen NU yang membubarkan diri tersebut adalah Dewan Mustasyar (Dewan Penasehat), Pengurus Harian Syuriyah, A’wan (Dewan Pakar) dan Pengurus Harian Tanfidziyah. Pernyataan mundur massal itu disampaikan dalam konferensi pers yang digelar di Cafe Lauser, Minggu (16/4).
Menanggapi hal itu, Said Aqil mengaku tidak mempermasalahkan keputusan pengurus PCNU Abdya. ’’Ya saya lihat aja. Bagi saya tidak ada masalah,’’ ujar Said Aqil di Kantor PBNU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Senin (17/4).
Sampai saat ini, pria kelahiran Cirebon, Jawa Barat itu juga belum menerima surat pengunduran diri. Namun, yang pasti dia tidak akan permasalahkan adanya penguduran diri tersebut. “Belum ada surat resmi ke saya (pengunduran diri),” katanya.
Pengamat Politik dari LIPI Siti Zuhro menilai, sebetulnya ekspresi NU melalui sejumlah keputusan partai politik (parpol) berazaskkan Islam di putaran pertama, sangat jelas tidak mendukung calon incumbent. “Buktinya PPP dan PKB, dua parpol berbasis massa NU mendukung Agus-Sylvi,” ujar Siti, Senin (17/4).
Keputusan tersebut, lanjut dia, bisa dibaca sebagai keengganan partai-partai Islam atau NU mendukung Ahok-Djarot secara langsung. Kendati demikian, dinamika yang ada saat ini sangat jelas bahwa NU mulai menggerakkan massanya menolak kelompok pembesar Islam radikal. Organisasi-organisasi seperti itu disebut-sebut terafiliasi dengan duet Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
Di lain sisi, NU menganggap bahwa pasangan petahana sebagai wasilah atau perantara mempertahankan NKRI. “Awalnya NU tidak secara eksplisit menyampaikan dukungannya ke Ahok. Namun dalam perkembangannya tampaknya tidak menolak meskipun tidak mendukung,” tutur Siti.
Bentuk gerakan NU secara kelembagaan ormas terlihat dari awal Pilkada DKI Jakarta. Seperi halnya mantan Ketua GP Ansor Nusron Wahid begitu total membela figur Basuki Tjahaja Purnama yang tengah kontroversi. Bahkan dia sempat menjadi Ketua Tim Pemenangan pasangan Ahok-Djarot, sebelum akhirnya diganti.
Bentuk sikap NU yang condong mendukung Ahok-Djarot itu seperti statemen Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas beberapa waktu lalu. Dia menyatakan, GP Ansor menolak kelompok Islam radikal seperti FPI dan HTI. (desastian/JP)