TEL AVIV, (Panjimas.com) – Mantan Kepala Staf Militer Israel Letnan Jenderal Shaul Mofaz mengakui bahwa dirinya bersama dengan mantan Perdana Menteri Israel Ariel Sharon, dahulu memutuskan untuk menangkap Yasser Arafat dan mendeportasinya dari wilayah Tepi Barat, dilansir oleh Quds Net News (QNN) Jumat pekan lalu.
Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Israeli Channel 1, Mofaz mengakui rencana untuk memaksakan operasi pengepungan pada pemimpin PLO, Otoritas Palestina dan pemimpin Fatah, Yasser Arafat.
Wawancara itu dilakukan untuk memperingati 15 tahun berlalu sejak operasi pengepungan berlangsung. Lebih lanjut menurut Mofaz, operasi itu memiliki rencana untuk menyerang markas Arafat di Ramallah, serta menangkapnya dan melakukan pengasingan Arafat melalui pesawat yang disiapkan khusus untuk misi ini.
Mofaz mengatakan bahwa Dinas Keamanan Israel memiliki informasi yang cukup tentang Arafat dalam tingkat dimana para perwira Israel mampu menyelinap ke kamarnya saat ia tidur, menangkapnya, bersama dengan sejumlah kecil pembantu dekat dan dokternya untuk mengasingan mereka ke tempat yang sangat jauh dari perbatasan Israel.
Pad akhirnya, Yasser Arafat meninggal di sebuah Rumah Sakit Militer di Paris Prancis, pada bulan November 2004 setelah ia menderita masalah kesehatan yang parah akibat diduga diracun oleh salah seorang pembantu seniornya, atas perintah pasukan pendudukan Israel.[IZ]