JAKARTA (Panjimas.com) – Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan adalah sebuah teror atas upaya pemberantasan korupsi di negeri yang dilakukan para pengecut.
“Untuk itu Polri diharapkan segera menangkap pelaku dan mengungkap motifnya, apakah berkaitan dengan kasus korupsi yang sedang diusut Novel atau tidak.”
Hal itu ditegaskan Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S Pane dalam siaran pers yang diterima Panjimas, Rabu (12/4)) terkait Kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan.
IPW khawatir, jika kasus ini tidak segera diungkap dan pelakunya tidak ditangkap akan menjadi modus baru atau trend yang diikuti orang orang tidak bertanggungjawab untuk meneror KPK dan para penyidiknya.
“Artinya, aksi penyiraman air keras itu bukan lagi sebagai ajang balas dendam, tapi bisa pula dijadikan alat untuk melumpuhkan KPK yang belakangan ini makin agresif membongkar kasus-kasus korupsi besar, terutama yang dilakukan mafia proyek yang berkolusi dengan para pejabat negara,” ungkap Neta.
Dikatakan Neta S Pane, bgaimana pun Polri harus mampu melindungi KPK beserta para penyidiknya dari berbagai aksi teror, apalagi sebagian besar penyidik KPK adalah anggota Polri. Sehingga Polri dan KPK bersama-sama masyarakat harus segera mengkampanyekan perang terhadap teror upaya pemberantasan korupsi.
“Perang terhadap koruptor harus makin digencar dilakukan agar para koruptor tidak bersikap seenaknya, sudah mengemplang uang rakyat masih juga melakukan teror,” tandas Neta.
Tidak ada pilihan bagi KPK dan Polri selain bekerja sama agar bisa dengan cepat menangkap pelaku dan membongkar jaringan serta otak pelaku penyiraman air keras tsb.
IPW berharap KPK dan para penyidiknya tidak gentar menghadapi aksi teror penyiraman air keras yang dilakukan para pengecut ini. Justru KPK harus makin agresif membongkar kasus kasus korupsi besar agar para koruptor tidak makin berani menebar teror.
“Namun demikian KPK dan Polri sudah saatnya memikirkan tindakan pengamanan terhadap para penyidik KPK, apakah melalui pengawalan khusus atau penambahan petugas pengamanan agar mereka bisa terlindungi dengan maksimal,” kata Neta. (desastian)