PONOROGO (Panjimas.com) – Kedahsyatan Longsor Ponorogo mengisahkan kesedihan bagi Wintoko (31) warga Tangkil, Banaran, Pulung, Ponorogo, yang kehilangan rumah seisinya. Saat kejadian, dia sedang asyik memberi makan kambing di belakang rumah yang dihuni sekitar 1,5 tahun.
“Sekitar jam 8 pagi itu ada suara gemuruh, tebing itu turun. Posisi saya ada dibelakang rumah, mau aktivitas memberi makan kambing. Mendengar dan melihat tanah udah menggulung itu saya langsung lari sampai kedepan rumah,” katanya mengenang, Sabtu (8/4/2017).
Wintoko yang ditinggal istrinya ke Taiwan ,dulunya mantan TKI bersama sang istri. Awal tahun 2016, dia memilih tinggal dirumah barunya bersama ibu dan adiknya, sedang istrinya kembali balik ke Taiwan. Rumah Wintoko mengaku menghabiskan dana 170 juta rupiah, dan harta benda yang tertimbun terdapat 2 motor dan perabot elektronik, TV, Kulkas dan lainnya.
”Menggulung itu tanah kayak ombak mas, dan hanya sekitar 4 detik sudah sampai sana. Semua sudah habis,kerugian saya, itu rumah saja sekitar 170 juta belum yang lainnya, kambing ada 12 ekor. Cuman saya harap motor bisa diambil, karena itu udah kelihatan besi rumah mungkin sekitar empat meter motor ada, karena ada di depan rumah,” ujarnya.
Lokasi rumah Wintoko tertimbun tanah sekitar 8 meter, dia merasa parah atas ujian bencana yang menimpa kampungnya. Kabar bencana longsor tersebut juga sudah dikabarkan pada istrinya yang berada di Taiwan.
“Yang penting saya masih selamat, masih diberi kesempatan. Kalau saya merasa ikhlas itu saya menjadi tenang. Istri juga sudah tahu, ya yang penting gak takut lapar,” ucapnya.
Sementara itu, Sarip Madikan (64) mertua Wintoko saat kejadian sedang makan pagi bersama dua anak dan cucunya. Mendengar suara gemuruh dia lari keluar rumah menyelamatkan diri, sementara anak perempuan dan cucunya tertimbun tanah dan terhantam kayu rumah.
“Saya pas sarapan ada suara, anak lelaki saya lari keluar, tahu dibalik rumah tebing sudah longsor dia lari tidak menggajak anaknya. Lha saya lompat lari keluar rumah, kaki sudah sakit saya paksa, lha saya balik lagi ke belakang ini sudah hancur, rumah sebelah sudah hilang,” tuturnya.
Sarip menceritakan untuk mengevakuasi cucu dan anak perempuannya membutuhkan waktu cukup lama, usai cucunya berhasil diangkat, selang hampir 1 jam baru bisa mengangkat anak perempuannya. Puing rumah Sarip masih tampak berserakan, sedang kandang beserta 7 ekor kambing tertimbun tanah tak terselamatkan.
“Tolong pak, tolong mak ti, itu cucu saya dan anak saya teriak-teriak. Posisinya cucu saya digendong ibunya, separo badan itu tertimbun tanah, kepala cucu saya terkena kayu atap rumah, berdarah. Saya mengambilnya itu juga lama, setelah bisa diambil cucu saya langsung dilarikan ke bidan. Anak saya, ibunya itu agak lama mengeluarkan dari tanah,” ucapnya. (SY)