JAKARTA (Panjimas.com) – Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Kiai Ma’ruf Amin menjelaskan tentang hubungan antara politik dan agama. Hal ini disampaikan menyusul pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bahwa agama dan politik harus dipisahkan. (Baca: Jokowi Minta Pisahkan Agama dan Politik)
Menurut Kiai Ma’ruf, agama dan politik mempunyai hubungan yang saling memengaruhi, sehingga keduanya tidak dapat dipisahkan dan justru harus saling menguatkan. (Baca: [VIDEO] Amien Rais: Politik Dipisahkan dari Agama, Pak Jokowi Keliru Besar!)
“Agama dan politik itu kan saling memengaruhi, politik kebangsaan itu kan juga harus memperoleh pembenaran dari agama, kalau tidak bagaimana?” ujarnya saat menghadiri Refleksi Kebangsaan 71 Tahun Muslimat NU di Hotel Crowne Plaza, Jakarta Selatan, Senin (27/3).
Ia menjelaskan, maksud yang disampaikan Presiden Jokowi. Menurut dia, Jokowi mungkin bermaksud politik harus dipisahkan dengan paham-paham agama yang dapat menimbulkan masalah.
“Mungkin yang dimaksud Pak Presiden itu kalau paham-paham yang bertabrakan hingga menimbulkan masalah. Tapi kalau tidak ada pembenaran dari agama bagaimana? Jadi agama, Pancasila, dan negara itu saling menopang dan menguatkan,” ujarnya.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut menuturkan, paham-paham yang dapat menimbulkan masalah salah satunya, yaitu paham radikalisme agama. Menurut dia, hal itu dapat mengganti Pancasila jika tidak segera diatasi. Begitu juga dengan halnya radikalisme sekuler yang juga tidak membolehkan agama ikut campur.
“Padahal, agama dan politik itu mesti ada penguatan kalau tidak akan terjadi konflik yang berkepanjangan. Karena itu harus saling menguatkan tapi bukan dalam pengertian agama yang radikal kalau radikalisme agama itu menjadi sesuatu yang merusak,” kata Kiai Ma’ruf. [AW/ROL]