JAKARTA (Panjimas.com) – Siapa bilang santri cuma jago baca kitab. Di era serba digital, santri tak mau ketinggalan zaman untuk bisa menguasai ilmu broadcast. Terbukti, dalam Malam Anugerah Pemenang Lomba Film Pendek Antar-Pesantren Se-Indonesia, Dewan juri utama, Habiburrahman El Shirazy, Dani Sapawie dan Embie C. Noor, memutuskan tiga nama pemenang pada masing-masing kategori, yaitu Sutradara Terbaik, Penulis Skenario Terbaik dan Film Terbaik.
Sutradara Terbaik I, diraih Sinta Wina Maryani dari Pondok Pesantren Zaiunul Hasan, Genggong, Probolinggo, Jawa Timur, dengan judul film ‘Diary Santri’. Sutradara Terbaik II diraih oleh Zaira Rizqiany Firdaus dari Perspektive of Sineas SMK Al Wafa, Bandung, Jawa Barat, dengan judul film, ‘Jujur=Pintar’. Sutradara Terbaik III diraih oleh Zafran Nabil Fauzan, dari Raru Production Pondok Pesantren Modern Rahmatul Asri, Enrekang, Sulawesi Selatan, dengan judul film ‘96’.
Film Terbaik I jatuh pada film berjudul ‘Diary Santri’ karya Pondok Pesantren Hasan, Genggong, Probolinggo, Jawa Timur. Film Terbaik II jatuh pada film berjudul ‘A Light’ karya Pondok Pesantren Al Ikhlas Putri, Kuningan, Jawa Barat. Film Terbaik III jatuh pada film berjudul ‘Alif’, karya Pondok Pesantren Nurul Huda, Pring Sewu, Lampung.
Sedangkan Penulis Skenario Terbaik I diraih oleh Syahdan Asmara dari Pondok Pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi, Jawa Timur, dengan judul film ‘Anna Dofatul Minal Iman’. Penulis Skenario Terbaik II diraih oleh M. Ardianysah dari Pondok Pesantren Al Taqwa, Depok, Jawa Barat, dengan judul filmnya ‘Singa-singa Peradaban’. Penulis Skenario Terbaik III diraih oleh Siti Nur Hikmah dari MTS Miftahul Khaer, Babakan, Sukabakti, Curug, Tangerang, dengan judul film ‘Tabungan Masa Akhir’.
Gus Ahsan Malik dari Pondok Pesantren Zainul Hasan menuturkan bahwa delegasi Genggong diwakili MA ZAHA I GENGGONG Probolingo, ini mampu meraih dua gelar sekaligus dalam Festival Film Santri 2017. Masing-masing, Juara I Sutradara terbaik dan Juara I Film terbaik.
“Santri PZH Genggong mampu membuktikan bahwa santri tidak hanya pandai membaca kitab kuning, produktif menulis buku, tapi juga mempunyai daya kreatif dalam dunia nada-dakwah serta perfilman, tapi juga memiliki jiwa seni budaya yg tinggi, dan mengelaborasi nilai Islam untuk ranah movie, advertising, and broadcasting,” ujar keponakan KH Mutawakkil Alallah, Ketua PWNU Jatim ini.
Lomba Film Pendek Antar-Pesantren Se-Indonesia merupakan rangkaian acara Festival Santri 2017 yang diselenggarakan oleh Komisi Pembinaan Seni Budaya Islam, Majelis Ulama Indonesia, di Jakarta, Sabtu (25/3/2017). Lomba film pendek tersebut telah dimulai sejak September 2016. Penerimaan karya dimulai Oktober 2016 dan berakhir 28 Februari 2017.
Setelah melalui tahap seleksi administratif, terdapat 118 film pendek dari berbagai pesantren dan Boarding School di berbagai penjuru Indonesia, antara lain Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Lomba film pendek ini diikuti oleh para santriwan santriwati dan siswa-siswi dari pesantren dan boarding school tingkat SLTP dan SLTA.
Malam Anugerah Pemenang Lomba Film Pendek Antar Pesantren Se-Indonesia berlangsung di Auditorium HM Rayid, Kementerian Agama, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, dihadiri sejumlah tokoh dan ulama, di antaranya Rais Aam PBNU dan Ketua Umum MUI Pusat, KH Ma’ruf Amin, dan sejumlah tokoh lainnya termasuk insan perfilman, Habiburrahman El Shirazy, Dedy Mizwar dan lainnya. (desastian)