JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI), Habib Muhammad Rizieq Syihab menjelaskan, ungkapan bahwa agama Islam suci, bersih adalah betul. Ungkapan bahwa ulama harus dijaga juga betul.
Tetapi ungkapan bahwa politik itu najis dan kotor, tidaklah betul. Sebab bersih tidaknya politik tergantung siapa yang memainkannya dan berdiri di atas dasar iman dan takwa atau tidak.
“Jika politik atas dasar iman dan takwa, ridha Allah, atas dasar syariat maka akan jadi politik yang baik dan bersih, disebut as-siyasah as-syar’iyah, politik syariat. Tetapi jika atas dasar hawa nafsu dan dijauhkan dari ajaran agama akan jadi politik yang busuk. Ini yang tidak boleh dimasuki ulama,” kata Habib Rizieq dalam Tabligh Akbar Politik Islam (TAPI) ke-8 di Komplek Pesantren Husnayain, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Sabtu pagi (25/03/2017).
Contoh politik yang kotor, menurut Habib Rizieq, adalah fenomena hari ini. Mereka yang mendukung pemimpin kafir itulah yang disebut telah mempolitisasi agama. Sebab mereka membolak-balik agama, mengutip Alquran dan hadits untuk tujuan politiknya.
“Kalau ada yang mengatakan agama dan politik harus dipisah, itu menjalankan politik Komunis, atheis, politik yang tidak mau bersentuhan dengan agama,” tandas Habib. (Baca: Jokowi Minta Pisahkan Agama dan Politik)
Tugas ulama, terang Habib, adalah membersihkan politik yang kotor. Politik harus dibersihkan dari mereka-mereka yang suka mengorupsi dalil untuk menyesatkan umat Islam. “Politik yang diwarnai Islam akan jadi politik yang bersih,” imbuhnya. [AW/Shodiq]