GAZA, PALESTINA (Panjimas.com) – Ide pembelian buah stroberi hasil panen dari petani Jalur Gaza Palestina, datang dari seorang aktivis Indonesia yang saat ini berada di Jalur Gaza, dialah Abdillah Onim atau akrab disapa Bang Onim.
Telah lebih dari 65 tahun tanah Palestina masih saja mengalami penjajahan, penindasan, pembunuhan, penggusuran dan pengusiran. Tidak sedikit dari warga Palestina yang diasingkan ke negara lain. Hanya dengan melakukan perlawananlah satu-satunya solusi terbaik menurut rakyat Palestina agar tetap bisa bertahan di tanah kelahiran mereka.
Jalur Gaza, tentu saja nama yang tak asing bagi kita. Sebuah wilayah kecil seluas 367 Km persegi, terletak di Utara barat wilayah Palestina yang berbatasan langsung dengan tanah Mesir. Lebih11 tahun sudah wilayah Jalur Gaza berada dalam blokade Israel. Agresi dan peperangan silih berganti menghujani wilayah ini. Anak-anak dan wanita pun ikut menjadi korban peperangan.
Sebenarnya, banyak hal yang dapat kita perbuat untuk memperbaiki masa depan anak-anak Jalur Gaza agar cemerlang. Minimal membantu mereka agar dapat mengenyam pendidikan yang layak. Dimana, ilmu pengetahuan yang mereka peroleh akan berguna bagi masa depan Palestina.
Sejak 2008 saya menapakkan kaki di Jalur Gaza dan mulai menetap di wilayah ini. Berbekal kepercayaan dari masyarakat Indonesia yang peduli nasib Palestina, sejak tahun 2010, saya dan tim mulai menjalankan berbagai program kemanusiaan. Program tersebut antara lain: beasiswa pendidikan, bantuan perlengkapan dan sapatu sekolah, bantuan pakaian musim dingin, penyaluran zakat fitrah dan ratusan jenis misi kemanusiaan. Hingga kini perogram-program tersebut masih dan terus kami lakukan untuk rakyat Palestina di Jalur Gaza.
Krisis yang terjadi di Jalur Gaza tidak hanya berdampak pada perekonomian, pendidikan, kesehatan dan industri, akan tetapi juga berdampak pada sektor pertanian. Melemahnya sektor pertanian ini tentu berpengaruh besar pada masa depan para petani di Jalur Gaza. Mereka tidak lagi bisa mengekspor hasil pertanian ke negera lain, seperti Eropa, Mesir dan Jordan.
“Tahun 2017, adalah untuk pertama kalinya petani stroberi di Jalur Gaza mengekspor hasil panen mereka. Sungguh ini bukan sebuah langkah yang mudah. Israel memberlakukan pemeriksaan yang ketat terhadap barang-barang dagangan di pos pemeriksaan. Meski tidak berjalan mulus, namun selalu ada secerca harapan dan langkah ke arah yang lebih bak,” kata Bang Onim.
Melihat kondisi ini, Bang Onim segera berkoordinasi dengan tim yang tersebar di wilayah Gaza, seperti di Gaza Utara, Gaza Tengah, Gaza City hingga Gaza Selatan. Langkah awal yang dilakukan adalah melakukan pendataan jumlah Taman Kanak-Kanak. Nantinya, di Taman Kanak-Kanak ini akan dipasok buah stroberi yang akan dibagikan kepada anak-anak sebagai hadiah.
Berikutnya Bang Onim beserta tim mendatangi petani stroberi –yang juga sahabat Bang Onim- di Bait Lahiyah Gaza Utara. Penawaran dan kesepakatan hargapun dilakukan. Dan seperti inilah dialog dengan sang petani stroberi:
“Berapa harga buah Stroberi di pasar, Akhi?” tanya Bang Onim.
“Buat antum ya terserah berapa saja, karena ana tahu antum lakukan ini bukan berbisnis untuk mencari keuntungan, akan tetapi semua berlandaskan kemanusiaan atas dasar keiklasan, Saheh?” Ucap Abu Usamah, sang petani stroberi.
“Benar sekali Akhy. Ana ingin beli buah Stroberi 500 Kg dan akan ana bagikan ke anak yatim dan keluarga fakir di TK dan dibeberapa wilayah,” jelas Bang Onim.
Kesepakatan pun terjadi. Harga yang diberikan lebih murah dari harga di pasaran. Namun, selain untuk membahagiakan anak-anak di Jalur Gaza, pembelian buah troberi ini juga bertujuan untuk membantu petani stroberi agar mereka tidak perlu bersusah payah menjual barang dagangan mereka ke pasar atau pedagang lain yang membelinya dengan harga yang sangat murah.
“Kami membeli buah stroberi dengan harga yang sama di pasar-pasar di Gaza City. Sehari sebelumnya, kami telah meminta kepada Abu Usamah agar mengajak para pekerjanya untuk bantu memanen stroberi, dan akan kami beri mereka upah,” ungkap Bang Onim. [AW/Suara Palestina]