JAKARTA (Panjimas.com) – Dalam sebuah acara “Jakarta Berbudaya” yang digelar tim sukses Pasangan Calon (Paslon) Anies-Sandi di Jalan Cicurug, Menteng, Jakarta, Jum’at (24/3) masyarakat Betawi dijanjikan untuk dibangun Museum Betawi atau Taman Benyamin Sueb.
Benyamin Sueb adalah salah satu legenda budaya dari Betawi yang belum memiliki tempat, di mana setiap orang bisa mengenal karyanya. “Saat ini belum ada Museum Kebudayaan Betawi yang berisi sejarah perkembangan budaya Betawi. Membangun Taman Benyamin Sueb adalah bentuk penghargaan pada Benyamin Sueb, yang di dalamnya terdapat Pusat Pengembangan Budaya Betawi dan Museum Kebudayaan Betawi,” kata pemerhati sejarah dan kebudayaan Betawi JJ Rizal.
Sejarah panjang mewarnai perjalanan suku Betawi yang sebagian besar tinggal di Jakarta. Suku Betawi merupakan percampuran berbagai budaya dan etnis. Ada Melayu, Sunda, Jawa, Bali, Makassar, Flores, sampai Tionghoa, Arab, Eropa dan India. Berbagai suku ini melebur, salah satunya lewat perkawinan.
Sejak puluhan tahun lalu, masyarakat Betawi sudah beradaptasi dengan keberagaman. Misalnya soal kuliner, kesenian, bahasa, dan sebagainya. Kebudayaan betawi memang terbuka. Bagi mereka, tak ada yang perlu diributkan soal perbedaan.
“Betawi dengan segala keunikan budayanya, harus diperkenalkan, diperhatikan, dan dilestarikan. Misalnya dengan memperkenalkan lebih banyak kebudayaan Betawi dan tokoh seperti Benyamin Sueb, kepada warga Jakarta,” kata JJ Rizal.
Jakarta juga mempunyai banyak lokasi bersejarah yang bisa ditelusuri. Kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi? Yuk, bareng-bareng mengenal kebudayaan betawi dan merawatnya!
Dalam disuksi Jakarta yang Berbudaya, juga disinggung tentang harapan untuk menghidupkan kembali JIFFEST & Bioskop Rakyat. Harus diakui, Jakarta kehilangan salah satu festival film yang sudah diselenggarakan sejak tahun 1999. Jakarta Internasional Film Festival terhenti pelaksanaannya sejak tahun 2013 karena kesulitan mendapatkan sponsor.
“Layar tancap semakin sulit ditemui di Jakarta. Ada beberapa agenda Jakarta untuk dikembangkan, diantaranya, menyelenggarakan kembali JIFFEST, mengadakan workshop perfilman dan nantinya akan dipertandingan dalam JIFFEST, kategori Film Independen Jakarta.”
Selanjutnya, mengadakan layar tancap keliling untuk menghadirkan bioskop rakyat. Menghidupkan Kembali Titik Sejarah di Jakarta, melakukan terobosan, untuk pembentukan konsorsium tidak hanya untuk Kota Tua, tapi juga tempat lainnya. Tak kalah penting adalah mempermudah akses transportasi ke lokasi-lokasi tersebut dengan menyediakan City Tour Bus.
Juga penting untuk mendorong munculnya pelaku usaha yang berbasis pada wisata sejarah di Jakarta dengan permudah izin dan paket-paket subsidi. Mendorong kegiatan hiburan positif dengan tidak menghilangkan nilai sejarah dari tempat tersebut dan mengajak publik berpartisipasi memperbaiki kawasan bersejarah kota Jakarta dengan menjadi donatur. (desastian)