JAKARTA (Panjimas.com) – Adalah Agil (13), bocah kelas 4 SD di Tanjung Barat, tak punya waktu bermain dengan teman-teman sebayanya. Kemiskinannya, membuat bocah itu harus berjualan makanan untuk membantu orantuanya.
Agil biasa berdagang di depan kampus Unindra, kawasan Tanjung Barat, Jakarta Selatan. Selepas pulang sekolah, Abil langsung menggelar dagangannya yang berisi makanan ringan di depan kampus Unindra, Jakarta Selatan.
Anak itu mengaku hasil dagangnnya digunakan untuk jajan. “Dulu dikasih sama bapak, tapi sekarang udah gak lagi.” Ketika ditanya, apakah dia malu dengan teman-temannya? Abil mengatakan, ” Ya, dulu malu kalau ketemu sama teman-teman. Tapi sekarang nggak malu. Kalo saya mencuri atau mengambil milik orang lain, baru saya malu,”ujarnya polos.
Agil adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Ayahnya seorang pedagang Cilor (tepung aci yang dipakein telor), terkadang jualan seblak keliling kampung. Penghasilannya cuma Rp. 50 ribu perhari. Untuk menutupi kebutuhan sehari-hari, tentu sangat kurang.
Kakak Agil tidak ada yang tamat sekolah. Mereka putus sekolah ditengah jalan karena keterbatasan ekonomi keluarga ini. Kakak keduanya cuma sampai kelas 3 SMP saja. Terpaksa keluar, karena orangtuanya tidak punya biaya untuk menyekolahkan anak-anaknya.
Hampir setiap hari, Agil dan keluarganya harus menahan perih dan lapar, karena tidak ada makanan yang bisa dimakan di hari itu. Keluarga ini tinggal di sebuah rumah kontrakan yang juga belum dibayar sewanya selama 3 bulan. Keluarga miskin ini terancam keluar dari rumah kontrakannya, karena pemilik kontrakan sudah memberi tenggat waktu. Jika tidak juga membayar, keluarga Agil harus keluar dari rumah kontarakannya. (Edy)