JAKARTA (Panjimas.com) – INSISTS, sebuah lembaga independen yang bergerak di bidang pengkajian pemikiran dan peradaban Islam, mengadakan tasyakkuran 14 tahun perjalanan dakwahnya, Sabtu (18/3/2017).
Sebagai acara inti dari Tasyakkur 14 Tahun INSISTS adalah pertemuan silatul ukhuwwah antara INSISTS dan berbagai stakeholder muslim yang diadakan pada hari Ahad, 19 Maret 2017 di INSISTS Hall Gedung GIP Kalibata Jakarta Selatan.
Fokus utama dari acara Silatul Ukhuwwah Milad INSISTS adalah mensinergikan potensi-potensi umat yang berserak dan menyatupadukannya dalam kerangka kerja besar membangun tamaddun Islam di bumi Indonesia.
Sejauh ini, INSISTS bersama lembaga-lembaga mitranya telah hadir menawarkan gagasan-gagasan genuine untuk kembali menghidupkan khazanah intelektual ulama klasik, respon cerdas terhadap invasi pemikiran sekularisme dan liberalisme, dan konsep-konsep pembangunan umat melalui proses ta’dib menuju Indonesia adil-beradab.
Dalam tasyakurnya dirangkai dengan kegiatan Simposium Nasional bertajuk “Revisitasi Peradaban untuk Kemanusiaan: Tantangan dan Rancangan”. Dalam kesempatan itu juga disampaikan INSISTS Special Lecture” bersama Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.Phil. yang mengangkat tema “Peradaban Islam: Problematika dan Tawaran Solusinya”.
Dalam perjalanan dakwahnya, INSISTS seakan ‘berbicara’ kepada segenap anak bangsa ini bahwa segala problematika keumatan yang hampir mengandaskan bahtera, sejatinya berhulu dari kejahilan dan bermuara pada krisis multidimensi.
Subjek-subjek yang dipresentasikan para panelis dalam symposium tersebut secara tidak langsung mencerminkan sebuah narasi besar problematika umat yang kompleks: epistemologi, ghazwul fikri, sains, ekonomi, politik, social-budaya, kebersihan jiwa, hingga masalah ketahanan keluarga.
INSISTS menyadari bahwa bukan tanpa tantangan dan rintangan mengabdikan diri pada pembenahan umat yang terjangkit virus pemikiran. Empat belas tahun perjalanan yang telah ditempuhnya cukuplah untuk semakin memantapkan langkah dan menemukan bentuknya yang final.
“Selayaknya penyakit pada badan yang akan senantiasa ditemukan obatnya, begitu pula kondisi umat ini. Sejak 14 abad silam, Allah SWT melalui wahyu yang diturunkan kepada Rasul-Nya, telah disampaikan apa yang dapat membawa umat ini pada kejayaannya dan apa yang bisa memerosokkannya pada kehancuran. Semua tergantung kepada ikhtiar kita mencari penyelesaian terbaik dari segala problematika ini,” demikian siaran pers yang diterima Panjimas.
Dalam kesempatan itu, orasi Ilmiah disampaikan Ust. Asep Sobari, Lc., pendiri Sirah Community Indonesia (SCI) lulusan Universitas Islam Madinah. Orasi bertajuk “Peran Wakaf dalam Peradaban” merupakan refleksi historis dari keberhasilan umat Islam pada masa-masa kegemilangannya membangun peradaban ilmu. Wakaf pernah menjadi tradisi umat Islam kala itu yang tidak terbatas pada wakaf tanah dan bangunan saja, seperti yang kita saksikan saat ini.
“Wakaf ilmu salah satunya, menjadi varian yang mendinamiskan aktifitas keilmuan Islam klasik hingga menjadikannya mercu suar peradaban Barat hingga abad pertengahan. Karena itulah, dari forum ini diharapkan lahir sebuah gerakan kebangkitan peradaban Islam di Nusantara ini yang dibesarkan melalui gerakan wakaf.”
Dikatakan Asep, sinergi antara kaum intelektual, usahawan, media, politisi, dan lain sebagainya merupakan elemen-elemen penting seni bina tamaddun Islam yang masih harus diberdayakan. (desastian)