JAKARTA (Panjimas.com) – Ribuan orang menghadiri kegiatan haul Presiden ke-2 Indonesia Soeharto dan peringatan 51 tahun Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) di Masjid At-Tin, Sabtu (11/3/2017). Terlihat jamaah memenuhi halaman masjid yang dibangun di era Soeharto tersebut.
Jamaah yang tidak bisa masuk ke dalam masjid harus rela menonton dengan layar proyektor di parkiran masjid. Meski hanya duduk beralaskan tikar, mereka tetap antusias memandang layar berukuran 5×5 meter tersebut. Tak hanya itu, lantunan shalawat pun dikumandangkan oleh seluruh jamaah.
Haul tersebut dihadiri sejumlah ulama seperti KH. Arifin Ilham (Pimpinan Majelis Zikir Az Zikra), KH. Abdullah Gymnastiar alasi Aa’ Gym, dan Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab. Juga hadir pasangan calon gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Hadir pula, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Wakil Ketua DPR Fadli Zon dan Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid, hingga mantan Ketua DPR Akbar Tanjung.
Dalam acara ini, anak-anak Soeharto juga turut hadir di haul sang ayah dan peringatan ke-51 Supersemar. Mereka diantaranya Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).
Anies Baswedan menganggap acara peringatan ke-51 Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dan haul Presiden ke-2 Indonesia Soeharto yang digelar di Masjid At-Tin, Jakarta Timur merupakan bagian dari pembelajaran sejarah. “Banyak nilai-nilai yang bisa dipetik dan hal penting yang bisa diambil hikmahnya dari seluruh rangkaian peristiwa bersejarah tersebut.”
Anies menyatakan sebagai penerus bangsa, tugas utama masyarakat saat ini adalah belajar dari sejarah demi memperbaiki masa depan. Peristiwa di masa lalu, kata mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan era Presiden Joko Widodo itu, merupakan pembelajaran penting untuk menjaga persatuan dan keutuhan bangsa.
Dalam kesempatan ini, Anies juga sempat mengomentari sosok Presiden ke-2 Soeharto. Menurutnya, Soeharto jelas memiliki gaya kepemimpinan yang berbeda. “Setiap pemimpin memiliki zamannya, dan setiap zaman memiliki pemimpinnya. Jadi, di zamannya figur Pak Harto adalah seorang pemimpin yang banyak berbicara pembangunan,” tuturnya.
“Setiap manusia ada kekurangan ada kelebihan. Bagian kita sebagai generasi penerus adalah mengambil hikmahnya, bukan sekedar menengok apa yang sudah terjadi. Mengambil hikmahnya dan banyak pelajaran kepemimpinan yang kita ambil dari figur Pak Harto,” sambung Anies.
Sementara itu, Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Syihab mengatakan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang dikeluarkan Presiden pertama Indonesia Soekarno kepada Presiden ke-2 Indonesia Soeharto merupakan sebuah peristiwa besar.
Menurut Habib Rizieq, dikeluarkannya Supersemar oleh Soekarno karena kondisi Indonesia ketika itu dalam kondisi yang darurat usai terjadinya peristiwa G30S 1965.
“Langkah Soekarno memberikan kuasa ke Soeharto tepat karena negara dalam keadaan darurat akibat pengkhianatan PKI,” tuturnya dalam acara peringatan ke-51 Supersemar di Masjid At-Tin, Jakarta Timur, Sabtu 11 Maret 2017.
Habib Rizieq melanjutkan, Soeharto ketika itu tak menyia-nyiakan kuasa yang telah diberikan oleh Soekarno. Pemimpin Rezim Orde Baru itu pun mengambil langkah tegas dengan membubarkan PKI. “Soeharto menjalankan penuh tanggung jawab, di mana Supersemar mengambil langkah tegas dengan membubarkan PKI,” ujarnya.
Kedua mantan presiden Indonesia tersebut, kata Habib, memiliki jasa besar dalam membangun negara ini usai merdeka dari cengkaraman kolonial Belanda dan Jepang. Menurut Habib, keduanya harus dihormati dan dikenang jasa-jasanya.
“Soekarno maupun Soeharto dengan segala lebih dan kurangnya mereka telah berjasa besar. Patut diapresiasi dan dihormati selalu kenang jasa-jasanya,” pungkasnya. (desastian)