KLATEN (Panjimas.com) – Meski sudah satu tahun kasus Siyono berjalan, namun kejelasan perkembangannya seakan mulai tenggelam. Lalu bagaimana kondisi keluarga Siyono yang tinggal di desa Brengkungan, Pogung, Cawas, Klaten, Jawa Tengah saat ini?
Ditemui ayah dan istri Siyono, obrolan kondisi keluarga diterima di Masjid Muniroh sebelah timur rumahnya, Kamis (9/3/2017).
Suratmi, istri Siyono mengabarkan bila kondisi keluarga alhamdulillah sehat. Hanya saja kedatangan wartawan seakan mengingatkan kejadian buruk yang telah menimpa keluarganya.. Mata dia berkaca-kaca menjawab pertanyaan wartawan, seolah mengisyaratkan tak ada harapan keadilan bagi rakyat kecil seperti dirinya.
Suratmi selama ini hanya mendapat informasi perkembangan kasus suaminya dari kuasa hukumnya melalui Husni, salah satu anggota advokasi Siyono. Malangnya, dia masih diteror berupa imbalan untuk tidak melanjutkan kasus suaminya.
“Saya menunggu dari kuasa hukum, terakhir itu saya mau dikasih bantuan dari Polres, tapi saya menolak. Alasan saya, kasihkan saja sama yang membutuhkan. Terus sebelum itu, waktu demo terakhir demo Ahok, dari pak Husni ada yang menanyakan dari Polres Klaten, sebenarnya di Pogung itu butuh bantuan berapa? Nah karena itu saya mau dikasih batuan itu, saya tetap ndak mau,” katanya.
Menurutnya, jika dia diberi imbalan maka kasus suaminya bisa dianggap selesai.
“Pikiran saya itu apa mungkin biar saya ndak menuntut lagi atau gimana, dengan bantuan itu mungkin saya bisa diam,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Suratmi juga menceritakan saat kakaknya (Wagiyo) mau mengambil bantuan beras miskin (Raskin) di Kelurahan Pogung, akan diberi bantuan berupa uang. Meski akan disodorkan pada Wagiyo, kata Suratmi, kakaknya beralasan minta persetujuan dirinya.
“Waktu itu kakak saya mas Wagiyo itu kebetulan mau ambil Raskin di kelurahan, dibilangin sama petugas, mas kebetulan dari almarhum dapat bantuan dari Polres. Nah disitu tak lihat itu banyak orang-orang yang nggak beres. Terus mas Wagiyo dikasih itu, dah nggak apa jenengan aja, mas Wagiyo bilang oh ya nggak bisa saya tak taren mamak (Suratmi-red) riyen. Terus mas Wagiyo pulang beritahu saya, saya ya nggak mau nerima,” ucapnya.
Suratmi tidak mengelak jika banyak orang yang akan memberikan bantuan pada dirinya. Namun kekuatan aqidah Islam dan keimanan hanya mendorong dirinya hanya meminta keadilan atas kasus suaminya.
“Munkin lho jika saya ini butuh dana berapa, akan dikasih saat itu. Tapi saya nggak akan menerima, memang dari awal saya itu banyak yang bujuk mau ngasih, butuh dana, butuh duit, butuh bantuan berapa, banyak mas,” tuturnya. [SY]