JAKARTA (Panjimas.com) – Tepat satu Tahun Siyono tewas di tangan Densus 88. Bagi Dahnil Anzar Simanjuntak dan Pemuda Muhammadiyah periode 2014-2018, Kasus Siyono adalah Bagian terberat dan heroik dari Dakwah Muhammadiyah. Kasus Ini sekaligus menjadi “jumping stone” bagi kebangkitan Kokam Pemuda Muhammadiyah memaknai Ruhul Ikhlas dan Ruhul Jihad.
Dalam siaran pers, Dahniel mengatakan, kasus Siyono menjadi pintu bagi jalan memahami “jeroan” para bandit Politik di Indonesia, menggunakan alat negara melakukan stigmatisasi teroris terhadap Islam, demi kekuasaan dan mengejar rente.
“Selama ini, narasi dan tafsir tunggal siapa teroris hanya di tangan Densus 88. Tangkap, Lawan, Tembak Mati, berikan sedikit ‘uang duka’, teroris terkait jaringan bla..bla..bla adalah cara Densus menangangi terorisme, tanpa ada upaya hukum untuk menghadirkan keadilan.”
Ditangan seorang Busyro Muqqodas, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, upaya mencari keadilan bagi Suratmi dan 4 putra-putri Siyono, berubah menjadi gerakan besar dan membangun kesadaran kolektif tentang pentingya melawan stigma dan penegakan hukum.
“Ketika Negara absent, Komnas HAM meminta bantuan kepada Muhammadiyah. Lalu diinisiasilah autopsi terhadap Jenazah Siyono untuk mencari kebenaran. Proses autopsi, melibatkan 9 Dokter Foreksik Muhammadiyah yang luar biasa Ruhul Ikhlas dan Ruhul Jihadnya,” kata Dahniel.
Dibantu, lebih 1200 Pasukan Kokam Jawa Tengah dan DIY, dengan modal Tauhid, Ilmu dan Amal, mengawal seluruh proses autopsi dan memastikan Keluarga Suratmi tidak lagi di teror berbagai pihak yang ingin mengubur fakta kematian Siyono.
“Kokam siang malam Berjaga dan membantu keamanan dan keselamatan keluarga Suratmi. Hormat saya kepada seluruh sahabat Kokam Pemuda Muhammadiyah yang waktu itu terlibat Langsung, maupun yang melalui doa dan semangat. Kokam Sudah menjadi bagian penting dalam hidup saya, selain induk Kokam tentunya, Yakni Pemuda Muhammadiyah,” ungkapnya.
Banyak nama yang terlibat dan memberikan inspirasi luar biasa dari Kasus Siyono yang tak kunjung tuntas Ini. “Tapi, perkenankan saya menyebut dua nama, tanpa maksud mengecilkan nama lain, yakni: Suratmi dan Busyro Muqqodas.”
Suratmi memberikan pembelajaran yang luar biasa tentang makna integritas dan kehormatan. Ditengah banyak orang Indonesia tunduk dengan uang dan ancaman, perempuan kuat ini, berdiri tegak penuh kehormatan menuntut keadilan. Menolak suap 100 juta, dan menolak kalah dengan ancaman kepala desa dan ancaman lainnya dari berbagai pihak.
“Busyro Muqqodas. Pria yang sejak lama saya kagumi, dan semakin saya Kagumi ketika banyak mendampingi beliau dalam banyak kesempatan, Mantan Ketua KY dan Ketua KPK ini, integritasnya melangit. Wataknya profetik. Kesederhaannya membumi. Keberaniannya membaja. Ditengah itu semua, pria ini humoris level Bintang 5.”
Beliau yang menginspirasi dan memimpin upaya mencari keadilan terhadap Suratmi. “Kami hanya melaksanakan semua instruksi beliau, tekanan dan teror tidak menyurutkan Pak BM, mau ngancam BM hehehe, hidupnya sudah bersahabat dengan “teror” sejak muda. Dan saya banyak belajar dari beliau.”
Kini, Kasus Siyono belum tuntas secara hukum. Meskipun, fakta melalui autopsi telah Komnas HAM, Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah ungkap, dimana semua yang disebutkan oleh Polisi dan Densus 88 terkait dengan penyebab kematian Siyono semuanya tidak benar.
“Proses hukum Pidana terus akan kita tagih, dan dugaan suap sebesar 100 juta Sudah kita serahkan kepada KPK untuk diusut dan akan segera kita tagih penyelesaiannya untuk mengungkap siapa pemain rente terorisme selama ini di Indonesia dan melawan rancang besar stigmatisasi Terorisme terhadap Islam,” tandas Dahniel. (desastian)