SOLO (Panjimas.com) – Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir, menyayangkan perlakuan Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas III Gunung Sindur, Bogor, yang mengisolasi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir di usianya yang sudah mencapai 80 tahun.
Saat terakhir menjenguk ayahnya, Ustadz Iim -sapaan akrabnya- mengakui kondisi ayahnya semakin memburuk. Beban psikologis dari efek isolasi ditambah layanan kesehatan yang tidak lebih baik dari LP Nusakambangan, kata dia menjadi salah satu sebabnya.
“Ustadz Abu itu menjalani isolasi, ini yang menjadi siksaan psikologis bagi beliau. Jadi ketemu keluarga itu hanya ngobrol dibatasi kaca, terus dengan telepon. Walallahu’alam saya yakin itu direkam, gitu kan. Artinya privasinya juga dilanggar,” katanya, pada Panjimas.com, Ahad (5/3/2017).
“Jadi tidak bisa duduk bareng, salaman itu nggak bisa. Padahal setidaknya itulah yang menjadi pelampiasan beban psikologis bagi beliau pada keluarga ya,” imbuhnya. (Baca: Diisolasi Ustadz Abu Bakar Ba’asyir Alami “Penyiksaan” Psikologis, Kesehatannya Memburuk)
Ustadz Iim menceritakan keadaan saat menjenguk ayahnya, justru Tim Pengaca Muslim (TPM) yang bisa bertemu langsung.
Dia sudah lama memperotes perlakuan tersebut namun tak ada tanggapan dari Kalapas. Selain itu Ustadz Abu juga dilarang shalat berjamaah dengan tahanan lain.
“Yang boleh masuk malah TPM, TPM kan orang-orang yang datang secara formalitas saja, urusan hukum. Jadi keluarga yang seharusnya dipikirkan, jadi perlakuan seperti ini sebenarnya sudah lama kita protes. Tampaknya sampai hari ini tidak ada tanggapan, dan mungkin ini efek dari semua itu menjadikan kesehatan beliau menurun,” pungkasnya. [SY]