SOLO (Panjimas.com) – Resimen Mahasiswa Mahadipa Batalyon 916/ Samber Nyowo (Menwa Yon/916 SN), Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar seminar kebangsaan bertajuk “Mempererat Ukhuwah Dalam Keberagaman Sebagai Ikhtiar Menjaga Kebersamaan Sesama Anak Bangsa” di Gedung Induk Siti Walidah Lantai 7, senin (28/2/2017).
Tiga pembicara dihadirkan pada acara tersebut yakni, Drs Muthoharun Jinan, Pengurus Pusat Muhammadiyah, Drs HM Dian Nafi, M.Pd, Wakil Rais Syuriah PWNU dan Ustadz Shobarrin Syakur, Sekjen Lajnah Majelis Mujahidin.
Muthoharun Jinan menerangkan peran dunia pendidikan dalam membina dan mempertahankan kebhinekaan. Menurutnya saat ini diperlukan revitalisasi semangat pengetahuan yang besar yang memiliki transformasi etos berjuang dan bekerja. Dia menilai saat ini muncul semangat populisme dengan membangun semangat etnis tertentu, kelompok tertentu diiringi dengan menebarkan kebencian kelompok lain.
“Dalam memperebutkan Kemerdekaan RI ini, karena adanya peran pemuda, Soekarno, Hatta, M Natsir, mereka tokoh muda waktu itu. Usia-usia dibawah 30 tahun, usia mahasiswa yang memiliki gagasan untuk merdeka. Nah usia seperti kalian ini punya misi gagasan pemikiran dalam membangun bangsa maka ini perlu saat punya semangat muda. Saat ini muncul semangat populisme yakni membuat popularitas etnis tertentu atau kelompok tertentu dengan menebarkan kebencian pada kelompok yang lain,” ujarnya.
Sedang Dian Nafi, kebagian menjelaskan peran pesantren dalam membangun keharmonisan berbangsa dan bernegara. Saat menjawab pertanyaan peserta tentang munculnya PKI gaya baru beliau memulai menerangkan pengalamannya saat pergi ke Negara Zimbabwe. Dia menyimpulkan bahwa Negara yang berfaham Sosialis ternyata pemerintahannya kacau. Hal ini bagi beliau tak bisa dibayangkan jika faham yang diterapkan adalah paham komunis.
“Jadi ideologi ini sangat penting, Komunisme itu tumbuh subur dikalangan masyarakat yang miskin, kapitalisme itu tumbuh subur pada masyarakat liberal yang mengagungkan kemerdekaan pribadi. Terus yang mengerikan adalah ideologi Zionisme, itu tumbuh subur kalau ada perang. Semakin ada banyak perang maka Zionisme akan tumbuh subur,” katanya.
Sementara itu, Ustadz Shobarin memahamkan peran pergerakan aktivis Islam dalam membangun karakter bangsa. Seorang aktivis harus kritis terhadap upaya-upaya pengaburan kebenaran, berani menyampaikan nota protes demi kebaikan bangsa dan Negara.
“Saat KPU pusat tidak membuat tim membahas visi dan misi Capres dan Cawapres, saya protes setelah 50 hari Jokowi naik, saya protes pada KPU. Tentang visi misinya yang menurut kami ada beberapa catatan. Penjabaran revolusi mental itu ada satu sub judul meneguhkan kembali jalan ideologis kembali pada Pancasila 1 Juni 1945. Ini ndak ada ini, dalam pembuatan Negara manapun ndak ada. Yang ada bahwa dasar negara kita adalah Pancasila yang tercantum pada Undang-undang Dasar 45,” tandasnya.
Acara seminar tersebut berakhir mendekati waktu Shalat Zhuhur. Sebelumnya pemberian kenang-kenangan pada ketiga pembicara dan poto bersama anggota Menwa Yon/916 SN dilakukan usai acara tersebut. [SY]