SOLO (Panjimas.com) – Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang kini mendekam di sel isolasi Lembaga Pemasyarakatan (LP) Klas III Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat dikabarkan mengalami penurunan kesehatan. Pendiri Pondok Pesantren Al Mukmin itu sampai sekarang hanya mendapatkan pelayanan kesehatan yang minim.
“Terakhir saya ke sana Kamis itu sempat memburuk, asam lambungnya naik. Masalahnya fasilitas kesehatan dan dokter di situ, kita melihat tidak memadai. Kita khawatir saja kalau ada sesuatau, kita khawatirnya akan fatal,” kata Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir, pada Panjimas.com, Ahad (5/3/2017).
Ustadz Iim -sapaan akrabnya- menyayangkan pelayanan yang justru semakin susah didapat bagi seorang Ustadz Ba’asyir yang telah sepuh itu. Alasan pemindahan yang didengungkan pemerintah demi kesehatan, menurut putra Ustadz Ba’asyir jauh dari kenyataan.
“Dulu pemindahan dari NK (Nusakambangan) katanya supaya lebih mudah cek kesehatan dan sebaginya, tapi ternyata disitu tidak ada yang namanya klinik. Ya Ada hanya ruang klinik tapi belum ada alat-alatnya, artinya secara umum beberapa kali saya masuk ke dalam itu malah jauh dari Nusakambangan,” ujarnya.
“Kalau ada hal tertentu yang sifatnya mendadak itu, paling akan dilarikan ke Puskesmas terdekat. Padahal yang terdekat itu keluar jalan sejauh tiga kilometer, dari situ ke Puskesmas terdekat juga beberapa kilometer. Artinya tidak dekat gitu lho,” imbuhnya.
Ustadz Iim berharap pemerintah paham dengan kondisi hal tersebut. Sehingga hukuman yang menimpa Ustadz Ba’asyir hingga ditempatkan dalam isolasi, berharap bisa dicabut, supaya keluarga bisa bercengkrama meski hanya saat membesuk.
“Harapan kita, pemerintah pahamlah, kalau ustadz Abu itu umurnya sudah tua, sudah 80 tahun. Tentu kesehatan orang seumur itu kan tidak seperti yang muda, sudah lemah. Dan kedua ustadz abu itu menjalani isolasi. Ini yang menjadikan siksaan psikologis,” tandasnya. [SY]