JAKARTA (Panjimas.com) – Dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dan Raja Salman bin Abdul Aziz al-Saud di Hotel Raffles, Jakarta, Jumat (03/03). Ke-28 tokoh lintas agama menyampaikan harapannya dengan pelayan dua kota suci itu.
Pertemuan yang diprakarsai pemerintah Indonesia ini dihadiri oleh perwakilan agama masing-masing sebagai wujud representasi dari kemajemukan yang ada di Indonesia, seperti wakil dari agama Islam, Katolik, Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Tokoh agama yang menyampaikan pandangannya dalam pertemuann tersebut adalah Suhadi Sanjaya (Walubi/Buddha), Wisnu Bawa Tenaya (Ketua Umum Parisada Hindu Dharma Indonesia/PHDI), Uung Sendana (Ketua Umum Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia/MATAKIN), Pdt. Henriette T. Hutabarat Lebang (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia/PGI), dan Azyumardi Azra mewakili umat Islam.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, dan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin juga tampak hadir mendampingi Presiden Jokowi dalam dialog tersebut.
Mewakili agama Islam terdiri dari: Din Syamsuddin, Prof. Dr. Azyumardi Azra, Prof. Dr. Alwi Shihab, Zannuba Arriffah C. Rahman (Yenny Wahid), Abdul Mufti, Masyakuri Abdillah, Komaruddin Hidayat dan Yudie Latief.
Para tokoh lintas agama itu berharap kepada Raja Salman dengan segala kebijakannya untuk turut aktif menciptakan peradaban, perdamaian dan kebahagiaan bagi seluruh umat manusia, serta saling menghargai sesama manusia.
Adapun Azyumardi Azra, yang mewakili umat Islam, menyambut baik ajakan Raja Salman untuk memerangi radikalisme dan ekstremisme. Hal tersebut tentunya dapat tercapai dengan dukungan stabilitas ekonomi dan politik Indonesia.
“Indonesia beruntung bisa memiliki stabilitas ekonomi dan politik sehingga dengan demikian bisa memajukan kehidupan bangsa dan negara. Karena itulah Indonesia bersama dengan Arab Saudi menyambut baik imbauan dari Raja Salman agar kerja sama di antara kedua negara ini dalam menghadapi radikalisme dan terorisme senantiasa diperkuat,” ucapnya.
Dalam pertemuan tersebut, Azyumardi Azra secara khusus menyampaikan bahwa pertemuan seperti ini lebih baik jika ditindaklanjuti dengan kerjasama antara Saudi Arabia yang memiliki pusat kajian atau pusat studi tentang kajian keagamaan (interfaith) di Wina Austria dengan sejumlah perguruan tinggi keagamaan dan ormas-ormas keagamaan di Indonesia. Dari situ diharapkan akan dapat dirumuskan rencana bersama mewujudkan kedamaian dan kerukunan antar umat dalam program yang aplikatif.
Sebelumnya, Raja Salman menyampaikan apresiasi atas kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Raja juga berharap agar setiap warga negara dapat memegang teguh nilai-nilai toleransi di masyarakat.
Raja Salman juga mendorong seluruh pihak untuk aktif menjaga perdamaian. Oleh karenanya, segala bentuk radikalisme dan ekstremisme yang makin menggejala disebutnya sangat penting untuk ditanggulangi. “Semua agama berusaha untuk menjaga hak-hak manusia dan kebahagiaan mereka. Karenanya penting untuk memerangi radikalisme dan ekstremisme yang ada,” tuturnya.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin yang ikut hadir mendampingi Presiden Jokowi mengatakan bahwa Raja Salman mengapresiasi toleransi di Indonesia. Menurutnya, Indonesia terbukti mampu menjaga stabilitas negaranya selama ini karena kemampuannya dalam menjaga toleransi di tengah-tengah keragaman atau kemajemukan.
“Ini sesuatu yang sangat positif dimana menurut beliau Indonesia bisa menjaga stabilitasnya karena ada harmoni dan toleransi agama,” ujar Lukman usai mengikuti pertemuan, Jumat (3/3).
Di samping itu, Raja Salman juga menegaskan komitmennya terhadap perlindungan Hak Asasi Manusia (HAM). Menurutnya, menghormati dan melindungi HAM itu adalah perintah semua agama, dan karenanya Saudi Arabia sangat peduli dengan perlindungan HAM ini.
“Itulah mengapa Saudi Arabia adalah negara yang juga ikut memerangi ekstrimisme dan radikalisme, karena paham dan tindakan seperti itu bertentangan dengan perlindungan terhadap HAM,” ujar Lukman menyitir pernyataan Raja Salman saat membuka pertemuan tokoh lintas agama ini. (desastian)