SUKOHARJO (Panjimas.com) – Majalah Syamil keluaran Pondok Pesantren Islam (PPI) Al Mukmin Ngruki, membedah kajian bertema “Demonstrasi Dalam Perspektif Islam” di Aula Darul Hikmah, Ngruki, Grogol, Sukoharjo, Sabtu (18/2/2017).
Ustadz Ibnu Chanifah, Direktut utama PPI Al Mukmin mengatakan bahwa majalah Syamil memiliki visi dan misi untuk memberikan wawasan dalam dakwah bagi masyarakat tentang pelurusan aqidah.
“Visi majalah Syamil mudah dibaca disegala suasana untuk memberikan wawasan dalam melakukan dakwah bagi masyarakat terutama pelurusan aqidah. Sasaran Syamil adalah guru dan karyawan, kemudian jamaah masjid. Dalam bab ini, demontrasi barangkali lahir dalam demokrasi. Di kalangan umat sendiri masih ada prokontra. Nah nanti semoga bisa dijelaskan,” katanya.
Ustadz Muzayin Marzuki MA, pembicara pertama menerangkan kebangkitan umat Islam di Indonesia terutama pada Aksi Bela Islam sebagai bentuk demonstrasi dari demokrasi. Dia memandang pada segi jihadul kalimah, yakni menyampaikan perkataan yang haq kepada pemerintahan yang zalim.
“Di situlah ada fadilah yaitu strategi dalam menuntut syariah Islam. Demo barangkali hampir sama dengan ketika kisah Umar Radhiyallahu ‘anhu ketika meminta dakwah Rasulullah untuk keluar. Kiranya kalau saat ini disebut demo atau show of force unjuk kekuatan dan demo itu bagian dari sekian kecil dari perjuangan, menyampaikan kalimatul haq pada pemerintahan zalim,” ujarnya.
Sebagaimana pada surat Al Haaj ayat 39:
أُذِنَ لِلَّذِينَ يُقَاتَلُونَ بِأَنَّهُمْ ظُلِمُوا ۚ وَإِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ نَصْرِهِمْ لَقَدِيرٌ
Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar menolong mereka itu.
Demonstrasi damai tanpa ada senjata, tanpa ada aksi anarkis dan hanya menyampaikan kebenaran dalam meminta keadilan menjadi salah satu bentuk perjuangan jihad fii sabilillah.
Ustadz Muzayin menegaskan jika ada benturan, maka orang yang membela kebenaran nilainya menjadi luar biasa.
“Jihad jika nilainya seperti ini (demo jihadul kalimah) menjadi luar biasa misal kalau terjadi benturan dengan provokator, kalau berada di jalan Allah, nilainya jauh lebih baik. Sebagaimana ada hadits satu saat saja berada di shaf perang masih lebih baik dari hidup 60 tahun. Meski hanya diam berdzikir,” tandasnya.
Sementara itu, narasumber kedua Ustadz Suprapto MPI, menilai demonstrasi umat Islam menjadi sangat mencuat ketika aksi 212.
Menurutnya dalam pembahasan majalah Syamil sudah gamblang fatwa ulama dalam perbedaan pendapat. dia setuju jika saat ini demontrasi masih dibolehkan karena sistem pemerintahan menganut demokrasi.
“Kalau kemarin saya mengatakan bukan demo, tapi aksi-aksi damai, kemudian aksi ini ke depan apakah dinilai baik atau tidak. Ketika dalam Islam mengaturnya maka tidak masalah, maka kemarin bukan karena DKI 1 yang menjadi tuntutan umat Islam, tapi masalah Al Maidah 51. Ada ketidakadilan, ada yang dihina, kalamullah,” ucapnya.[SY]