SUKOHARJO (Panjimas.com) – Pemerhati Gerakan Islam, Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir meyakini bahwa tokoh yang mengaku Islam dibalik rencana Perayaan Cap Go meh, di Masjid Agung Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu tanggal 19 Februari 2017 mendatang, sebagai tokoh Liberal.
Meski dikemas “Pemecahan Rekor Muri Makan Lontong Cap Go Meh” hal itu tetap sebagai bentuk perayaan kesyirikan yang bertentangan dengan aqidah umat Islam. Menurut Ustadz Iim, Islam yang bertauhid tidak meyakini penyembahan apapun selain Allah dan sangat bertentangan dengan ajaran yang menyembah para dewa. Lantas mengapa Umat Islam harus ikut-ikutan merayakan Cap Go Meh?
“Harusnya kita umat Islam tidak boleh terima, adapun adanya tokoh-tokoh umat Islam melakukan hal ini, itu tokoh yang tidak paham dengan konsep Laa ilaha illallah. Dan kita sangat menyayangkan tokoh model seperti itu. Biasanya orang seperti ini adalah orang-orang liberal,” katanya, jumat (17/2/2017).
Pengasuh Ponpes Al Mukmin Ngruki ini menilai, orang berpemikiran liberal termasuk bagian dari orang munafiq, mereka mengaku Islam tetapi merusak Islam dari dalam.
“Mereka mengaku Islam tapi bertentangan langsung dengan ajaran Laa ilaha illallah. Dan pintar bersilat lidah,” imbuhnya.
Untuk itu, Ustadz Iim berpesan pada umat Islam agar mempelajari dienul Islam secara murni berdasar Al Quran dan Sunnah. Selain itu, orang yang dianggap ulama namun berpemikiran menyimpang dari konsep tauhid, kata dia adalah Ulama penyeru Neraka Jahanam.
“Pesan saya pada umat Islam, pelajarilah Islam semurni-murninya, yakni sesuai Al Quran dan Sunnah Rasulullah. Pahami Laa ilaha illallah dan konsekuensinya, belum tentu orang mengaku Iman tapi tidak mau konsekuensinya. Iblis itu juga mengakui Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai Tuhan, tapi perbuatanya tidak konsekuen. Dan ini (Cap Go Meh di Masjid), jelas penghancuran aqidah,” pungkasnya. [SY]