LAGOS (Panjimas.com) – Dinas Polisi Rahasia Nigeria akhir Januari lalu telah menginterogasi seorang Pastor Kristen terkemuka akibat seruan provokatifnya di mana Ia menyerukan pembunuhan kepada setiap penggembala Muslim Fulani yang terlihat di sekitar Gereja, dalam upaya untuk membalas pembunuhan orang Kristen di negara bagian Kaduna, wilayah barat laut Nigeria.
Penghasut Pastor Johnson Suleiman diinterogasi di ibu kota Abuja selama beberapa jam setelah rekaman itu beredar pekan sebelumnya dan kemudian Ia dibebaskan.
“Saya tidak bermaksud untuk menghasut masalah Agama. Komentar saya tidak bernada politik,” kata Suleiman dalam pernyataannya kepada para wartawan di Abuja tak lama sebelum Ia dilaporkan ke Dinas Polisi Rahasia, mengutip laporan Anadolu.
Johnson Suleiman didampingi puluhan pendukungnya, meskipun arus jalan diblokir ke kantor Polisi Rahasia untuk mencegah aksi protes massa. Ratusan massa Kristen juga berkumpul di National Christian Center Abuja dalam solidaritas dengan pendeta Kristen terkemuka itu, yang sebelumnya mengklaim upaya-upaya polisi rahasia untuk menahan dirinya.
Pihak berwenang Nigeria mengatakan komentar Pastor Johnson menyebarkan hasutan untuk membunuh etnis Fulani dan Ia perlu dikekang.
“Dia [Johnson] masih diinterogasi. Apakah dirinya akan dikenakan tuntutan, itu akan ditentukan setelah kami selesai mengumpulkan keterangan darinya,” ujar seorang pejabat polisi rahasia yang meminta tidak disebutkan namanya, karena pembatasan pada berbicara kepada media. Pejabat itu juga tidak tahu apakah Suleiman akan ditahan.
Dalam rekaman video kontroversialnya, Johnson Suleiman mengatakan Ia telah menginstruksikan operasi keamanan untuk membunuh para gembala Fulani yang terlihat di sekitar Gereja dan menuduh pemerintah Nigeria tidak bertindak saat orang-orang Kristen terbunuh di Kaduna selatan.
Kaduna Selatan mengalami insiden kekerasan antara para gembala [Fulani] dan petani lokal. Para pejabat menyebutkan korban tewas dalam pertempuran itu mencapai 204 jiwa, sedangkan Christian Association of Nigeria (CAN) mematok angka korban tewas mencapai 808 jiwa. Kelompok CAN ini mengklaim sebagian besar korban Kristen ditargetkan karena keyakinan mereka, sementara pejabat Nigeria membantah hal itu.
Provokasi Pastor Johnson telah memecah belah Nigeria, yang dikenal kental dengan konfigurasi etno-religius yang rapuh dan rentan. Sementara banyak pihak yang mempertanyakan perlunya mengontrol para pemimpin Agama, karena banyak pihak menilai komentarnya dapat menghasut pembersihan etnis di Nigeria. [IZ]