JAWA BARAT (Panjimas.com) – Ketua Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI), Habib Rizieq Syihab telah menepati janjinya untuk memenuhi panggil Polda Jawa Barat guna pemeriksaan kasus hukum atas tuduhan symbol negara. Habib tiba di Polda Jabar pukul 09.10. Kali ini Imam Besar FPI Habib Rizieq tidak membawa massa, hanya didampingi kuasa hukum dan sejumlah ulama.
Kepada wartawan, Habib Rizieq menunjukkan tesis Skripsi yang berjudul ‘Pengaruh Pancasila terhadap Penerapan Syariat Islam di Indonesia’. “Tesis itu akan saya serahkan kepada penyidik, semoga bisa dilihat dan dipelajari,” kata Habib.
Dalam tausyiahnya pada Aksi 112 di Masjid Istiqlal, Jakarta (11/2), Habib Rizieq mengatakan, bahwa dirinya sudah menjadi buronan Polda Jawa Barat. “Saya pun jadi buronan Polda Jabar, terhitung pukul 00.00 WIB.”
Sebagai warga negara yang baik, Habib memastikan bahwa ia akan menghadapi proses hukum. Ia juga menegaskan, dirinya tidak akan lari, ia siap diproses hukum secara benar, jangan ada hukum yang direkayasa. Apalagi ada rencana jahat terhadap ulama dan tokoh Islam.
“Saya tidak akan lari, saya siap berangkat kapanpun untuk memenuhi panggilan Polda Jawa Barat. Senin saya akan datang ke Polda Jabar,” janji Habib.
“Jika kemarin saya tidak datang ke Polda Jabar, karena saya punya kewajiban untuk menjaga umat. Sehingga acara ini tetap berlangsung tertib dan damai. Komunikasi dengan umat adalah untuk kepentingan bangsa dan negara.”
Sebelum Aksi 112, sejumlah media dan media sosial memberitakan, Imam Besar FPI itu akan dijemput paksa di Markaz Syariah Pesantren Agrokultural, Desa Kuta, Kecamatan Megamendung, Kabupeten Bogor, pada pukul 00.00.
Atas informasi tersebut, Polda Jabar menyatakan tidak ada penjemputan paksa Habib Rizeq oleh Direktorat Reskrim Polda Jabar. Mengingat sudah dua kali Habib tidak memenuhi panggilan Polda. “Pesan berantai terkait rencana penjemputan paksa Habib Rizeq merupakan kabar hoax alias tidak benar,” kata Kabag Humas Polda Jabar, Kombes Pol Yusri Yunus kepada wartawan, Jumat malam (10/02). (desastian)