JAKARTA (Panjimas.com) – Kaum ibu yang menamakan dirinya Gerakan Muslimah Memilih Pemimpin (GMMP) menyatakan kesiapannya untuk memantau Tempat Pemungutan Suara (TPS) saat Pilkada 15 Februari 2017 nanti.
“Inilah kontribusi GMMP untuk pertama kalinya dengan menerjunkan relawan mujahidah di setiap TPS yang berjumlah sekitar 13.000 TPS,” kata Peggy Melati saat memberi keterangan pers di Resto Hayam Wuruk Ayam Lunak di Margonda, Depok, Jawa Barat, Ahad (12/2).
Hadir dalam konferensi pers di Resto Hayam Wuruk Ayam Lunak, hadir tokoh muslimah, seperti Peggy Melati, Neno Warisman, Syifa Fauzi, dan Fahira Fahmi Idris.
Khusus untuk Pilkada DKI Jakarta, GMMP mengkontribusikan relawannya pada Group Riset Potential atau GRP sebagai lembaga riset dengan pengalaman kerja lebih dari 20 tahun, khususnya dalam riset di bidang marketing. Saat ini sudah terdaftar di KPUD. GMMP juga bekerjasama dengan Advokat Cinta Tanah Air atau ACTA untuk perlindungan hukum dan advokasi bagi aktivitas GMMP.
“Relawan GMMP tak menerima bayaran apapun dalam menjalankan tugasnya. GMMP adalah sebuah gerakan kesadaran kaum muslimah untuk menciptakan suasana yang menyenangkan di TPS, memantau jalannya pilkada sampai pengumuman hasil suara, hingga melaporkan setiap kecurangan yang terjadi,” ungkap Peggy.
Gerakan Kesadaran Muslimah
GMMP adalah gerakan yang diproyeksikan menjadi gerakan nasional yang bersifat independen atau netral, tidak berada di pihak partai politik atau pasangan calon mana-pun pada Pilkada DKI Jakarta.
GMMP di inisiasi oleh eksponen (alumni) Gerakan Aksi Super Damai 212, yang terdiri dari empat orang motivator dan aktivis muslimah. Mereka adalah Neno Warisman, Fahira Fahmi Idris, Peggy Melati Sukma, Syifa Fauzia (putri Alm.Hj.Tuty Alawiyah).
“GMMP bertujuan untuk berkontribusi mengawal proses politik yang bersih, jujur, dan adil. GMPP juga memperjuangkan pemimpin daerah muslim yang mengusung pengimplementasian sifat sidiq, tablig, amanah, fathonah, demi masa depan generasi penerus yang membutuhkan lingkungan yang semakin baik,” kata Peggy.
Dikatakan Peggy, politik bukan hanya domain laki-laki, wanita juga mesti berkiprah. Apalagi ada pepatah lama yang mengatakan wanita adalah tiang negara. Sebagai tiang negara, wanita perlu melek politik agar negara ini tetap kokoh dalam wadah NKRI. Untuk itu GMPP diluncurkan secara resmi pada 3 Februari 2017 lalu.
“Kalaupun ada individu-individu yang menjadi pendukung pasangan calon kepala daerah muslim, maka tetap dapat bergabung dalam GMMP, dengan kesediaan menanggalkan keberpihakan tersebut saat menjalankan kerelawanan-nya di GMMP.”
Peggy menjelaskan, relawan GMMP bersifat nasional, bisa datang dari wilayah manapun, yang akan membentuk simpul-simpul kerelawanannya di wilayah masing-masing, dan dapat bergerak menuju wilayah lain dalam melaksanakan kerelawanannya mengawal proses politik yang terjadi di seantero negeri Indonesia.
Relawan GMMP adalah para muslimah aktivis ( mujahidah ) dari latar belakang profesi apapun, usia 21 tahun ke atas, bersedia bergabung dengan senantiasa meluruskan niat demi mencari ridha Allah semata.
Relawan GMMP yang terdiri dari dua bagian besar yaitu Simpul GMMP dan Relawan GMMP. Simpul GMMP yaitu para pucuk muslimah mujahidah atau koordinator yang mencari, mengkoordinir, memimpin 50 relawan aktif GMMP di bawahnya. Sedangkan Relawan GMMP, yaitu muslimah siapa saja yang ingin bergabung di GMMP sebagai wujud kepedulian.
Sementara itu Fahira Idris yang hadir dalam jumpa pers tersebut, terlihat bersemangat untuk melepas mujahidah yang akan berjihad di medan juang 15 Februari 2017. (desastian)