JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Habib Rizieq Syihab mengingatkan pemimpin negeri ini, bahwa sesungguhnya umat Islam sudah menunjukkan kebhinekaan dan kesetiannya pada NKRI.
“Karena itu, umat Islam seharusnya dicinta, bukan dinista. Umat Islam harus disayang, bukan ditendang. Umat Islam dan ulamanya harus dirangkul, bukan dipukul, mestinya diajak dalog, bukan ditonjok, harus dipeluk bukan digebuk.”
Kalau pemimpin negeri ini mencintai umat islam dan ulama, serta mau berdialog, kata Habib, ini akan menjadi energi yang dahsyat bagi pemerntah menuju Indonesia yang lebih baik.
“Oleh sebab itu,umat Islam jangan dijadikan lawan, tapi kawan. Jangan diadikan musuh, tapi dirangkul. Jika pemerintah merangkul ulama dan umat islam, kebjiakan pemerintah pasti akan didukung. Umat Islam pun siap bergandengan tangan.
Habib mengingatkan, bahwa saat ini gerakan siluman yang ingin mengadu domba anak bangsa. Ada pihak yang memberikan gambaran yang menyeramkan dimata pemerintah.
“Umat Islam tak ingin diadu domba dengan pemerintah, sehingga pemerintah anggap kita lawan, bukan kawan, digebuk bukannya dipeluk, dipukul bukannya dirangkul. Kelompok yang ingin domba umat islam dengan pemerintah ini berbahaya, berupaya ingin merusak persatuan dan kesatuan.
Habib berpesan kepada umat Islam agar tidak mau diprovokasi. Seperti diketahui, sudah tiga kali posko FPI di bom Molotov. Mereka yng memprovokasi ingin agar laskar FPI bergerak, dan umat Islam marah dimana-mana. Persoalannya, kepada siapa kita harus menumpahkan kemarahaan.
Habib Rizieq meminta umat Islam, ulama dan habaib untuk tetap menahan diri, jangan pernah mau diprovokasi dan dipecah belah. “Kalau kita terpancing, musuh akan senang, karena berhasil mengadu domba semua. Jangan sampai merusak perjuangan kita.”
Begitu dengan pemerintah, lanjut Habib, untuk tidak melakukan tindakan provokatif , seperti mengkriminalisasikan ulama, memfitnah ulama, hingga dijadikan tersangka. “Stop kriminalisasi ulama, hentikan tindakan yang tidak bermartabat kepada ulama.”
Habib menginformasikan, bahwa GNPF sudah bertemu dengan Menkopulhukam Wiranto secara formal untuk berdialog. GNPF selalu menegaskan, tidak ada niatan sedikitpun untuk melakukan makar, apalagi menggulingkan pemrrintah. Niat kami hanya ingin penista agama harus dihukum.
“Bahkan, sebelum aksi bela Islam, kami sudah ingin dialog, bukan dengan aksi atau demo, apalagi terjadinya kekerasan dan tindakan anarkis. Saya melihat ada kelompok yang membuat sekat-sekat supaya umat Islam tidak bisa dialog. Juga ada pihak-pihak yang ingin men jauhkan pemerintah dari ulama .”
Wiranto sepakat, bahwa hukum harus ditegakkan, jangan direkayasa. Ulama dan umat Islam akan terus menjaga NKRI, dan tidak ingin NKRI dipecah belah oleh siapaun. (desastian)