JAKARTA (Panjimas.com) – Umat Islam tidak boleh berhenti untuk menjaga ukhuwah Islamiyah. Tingkatkan persaudaraan kita untuk membela agama (Islam), bangsa dan negara. Demikian dikatakan Ketua Pembina Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Habib Rizieq Syihab dalam tausyiahnya pada Aksi 112 di Masjid Istiqlal, Jakarta, Sabtu (11/2).
Mengutip firman Allah dalam Al Qur’an, “Berpegang teguh lah kamu kalian pada tali Allah, hukum allah dan ketetapan Allah. Jangan sekali-kali kamu bercerai berai.” Jangan pernah mundur selangkah pun juga, dalam mempejuangkan kalimat Allah.
Dikatakan Habib Rizieq, Aksi Bela Islam yang digelar umat Islam sejak Aksi 411, Aksi 212 dan Aksi 112, adalah aksi bela yang tujuannya, tak lain mencari ridho Allah semata. “Apapun resiko yang akan dihadapi, kita tidak peduli, yang penting Allah meridhoi kita semua.”
Habib Rizieq berpesan kepada para pemimpin, jangan maknai Aksi dengan sebutan makar, anti NKRI, anti Pancasila, Anti Bhineka. “Demi Allah kami cinta NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kami cinta bhineka tunggal ika, keragaman, dan kemajemukan. Kami, umat Islam bukan musuh negara dan bangsa ini. Kami umat Islam setia pada NKRI dan negara ini,” tegas Habib.
Kata Habib, umat Islam dan ulamanya harus dirangkul, bukan dipukul, mestinya diajak dalog, bukan ditonjok, harus dipeluk bukan digebuk. Habib menjelaskan, Aksi 212 dan 112 adalah murni gerakan umat Islam sebagai bentuk kecintaan pada agama, negara, ulama, dan bangsa ini. “Kami inginkan persatuan dan kesatuan dalam kemajemukan,” tandas Habib.
“Ketika umat Islam dari berbagai kelompok, lintas ormas, dan golongan, berkumpul di Monas, kami semua bersatu padu. Bahkan Pemerintah turut hadir bersama ulama, habaib dan umat Islam. Lebih dari itu, umat beragama lain pun ikut andil dalam aksi tersebut. Aksi 212 justru harus dimaknai sebagai aksi bhineka tunggal ika yang sesungguhnya. (desastian)