JAKARTA (Panjimas.com) –Disaat umat Islam ingin menjaga perdamaian, selalu ada yang berupaya memprovokasi. Meski mereka berbuat jahat, umat Islam harus membalas setiap kejahatan itu dengan kebaikan yang terbaik.
“Berkat orang Islam, Indonesia akan bermartabat di muka bumi,” ungkap Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) dalam tasyiahnya pada Aksi 112 di Masjid Istiqlal, Sabtu (11/2).
Mulai hari ini, Ustadz Bachtiar Nasir mengajak umat Islam, agar tidak lagi mengeluarkan kata kotor di media sosial. Disaat provokasi dilontarkan oleh pihak tertentu, umat Islam emosi, sehingga menulis sesuatu di media sosial dengan kata-kata kasar dan kotor. Jangan provokasi itu membuat umat Islam tak berakhlakuk karimah.
“Umat Islam, khususnya diri saya sendiri, mari kita menjaga etika dalam bermedsos, menjaga akhlak dalam bertutur kata dan bersikap? Jika kita sudah beretika di media sosial, itulah ciri umat islam yang cinta damai, selalu menebar kedamaian dan berakhlakul karimah,” ujar Ustadz Bachtiar.
UBN juga mengajak umat Islam untuk saling mencintai dan menyayangi, dimulai dari keluarga. “Kalau keluarga bahagia, masyarakat tentram, negara juga akan damai. Meskipun diprovokasi, umat Islam tetap cinta damai.”
Dalam tausyiahnya, UBN menyayangkan, jika ada pihak yang salah paham dengan umat Islam. Katanya, umat Islam anti NKRI, anti kebhinekaan, anti Pancasila, dan intoleran. “Kalau hari ini kita bersatu dan berakhlakul karimah, demi Allah, wallahi (diucapkan 3 kali), umat Islam lah yang yang akan mengharumkan Indonesia hingga se- seantero dunia.”
UBN menyerukan kepada umat Islam agar menolak untuk dibenturkan dengan pemerintah. Diakui, saat ini ada saja yang terus memanas-manasi umat Islam. Kita tidak ingin dibentur-benturkan. Kita tidak akan menang, apalagi sampai berkelahi dengan sesama anak bangsa. “Jika umat Islam dibenturkan, pastinya tidak ada yang diuntungkan. Seperti pepatah, menang jadi abu, kalah jadi arang.”
UBN menyadari, ada kelompok tertentu yang “menyihir” lewat medsos. Ada kejahatan yang tak rela umat Islam bersaudara dan bersatu, termasuk bersatu dengan negara atau pemerintah. Ini ada pihak yang ingin membenturkan. Bahkan, ada kelompok tertentu yang tidak ingin Indonesia damai.
Di persidangan Ahok misalnya, hakim terdiam saat ulama dihina. “Hampir saja kami lapor ke Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial perihal pelanggaran kode etik persidangan.”
UBN menegaskan, bahwa polisi, DPR, pemerintah bukanlah musuh umat Islam, karena itu, jangan mau dihasud oleh pihak yang hendak mengadu domba. Padahal umat Islam ingin damai, tak mau kehancuran seperti yang terjadi di Suriah dan negara Arab lainnya. Karena itu, umat Islam tdk mau dibenturkan oleh siapapun.
UBN memberi contoh, jutaan massa dalam Aksi 212, dimana umat Islam saat itu dalam keadaan marah melihat ketidak adilan di negeri ini. Tapi ketika ulama menyerukan damai, umat Islam samina waato’na. Hasilnya terbukti, Aksi 212 berlangsung damai dan simpatik.
“Ketika saya dan Habib Rizieq diperiksa di bareskrim, yang periksa saya pun orang baik-baik. Hanya saja, ada kekuatan dibalik ini semua. Mari kita memohon perlindungan kepada Allah agar dijauhkan dari kejahatan yang menginginkan sesama kita saling bertikai dan menumpahkan darah.
Yang terjadi adalah, diantara kita saling curiga, saling menyerang, saling ancam, dan saling mengeluarkan kata kotor. Itu menunjukan isi hati yang kotor, yang bekerja adalah jin dan manusia.”
UBN berharap, setelah Aksi 112, umat Islam tetap menjaga ukhuwah Islamiyah, menjaga persudaraan Islam, berakhlakul karimah, dan jangan mau dibentukan dengan pemerintah. Balaslah setiap kejatan dengan kebaikan yang paling baik.
“Doakan kami agar senanatiasa ikhlas dan istoqmah, ingatkan kami. Mudah-mudahan kita masih berjumpa lagi dan kembali dipersatukan. Sebab, kalau bukan karena Allah, kita sudah buyar. Semua sedang dikacaubalaukan,” kata UBN. (desastian)